Universitas Lampung, Faklutas Pertanian Jurusan Kehutanan melalui Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitno H, M.S., Prof. Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P. melaksanakan program siaran Faperta Berkarya (Fakultas Pertanian Berkarya) dengan Strategi Pengelolaan Banjir Dalam Rangka Menghadapi Perubahan Iklim di Provinsi Lampung, Kamis, 18 April 2024, di Radar lampung Televisi.

Kejadian banjir di Kota bandar Lampung dan beberapa wilayah di Provinsi Lampung selalu berulang di saat musim penghujan, hal ini tidak terlepas adanya aktivitas perekonomian masyarakat yang makin hari makin meningkat intesitasnnya.

Aktivitas tersebut membutuhkan dukungan sumberdaya alam, baik sumberdaya hutan, sumberdaya lahan, sumberdaya air maupun sumberdaya udara. Sumberdaya hutan dan lahan menrupakan sumberdaya yang sangat berat mendapat tekanan akibat dari peningkatan aktivitas tersebut.

Adanya perubahan fungsi hutan menjadi kegiatan lain non kehutanan akan berdampak pada kemampuan hutan merespon curah hujan yang jatuh, akibatnya infiltrasi menurun aliran permukaan meningkat, erosi meningkat sehingga akan dengan curah hujan dengan intersiras tinggi akan berpotensi menimbulkan banjir di musiam hujan dan kekeringan di musim kemarau.

Selain itu pertumbuhan pendudukan yang tinggi juga akan meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap permukiman, hal juga ini menyebakan lahan terbangun permanen semakin luas.

Banyak lahan yang pada awalnya adalah tempat penyimpana kelebihan air pada saat musim hujan (rawa, cekungan dan embung) berubah fungsi menjadi permukiman, sehingga megurangi kemampuan lahan menyimpan air.

Kondisi yang demikian akan memicu terjadinya banjir pada saat musim hujan dan menipisnya cadangan air pada musim kemarau karena semakin sedikit air hujan yang tersimpan menjadi air tanah.

Di sisi lain perubahan iklim yang terjadi di dunia tidak hanya terkait meningkatan suhu dan peningkatan muka air laut, namun juga berdampak terhadap karakteristik hujan (presipitasi) yang jatuh ke muka bumi.

Beradasarkan hasil analisis curah hujan di Provinsi Lampung (data BMKG) selama 30 tahun terakhir, ternyata jumlah hujan tahunan relatif tetap.

Namun yang terjadi perubahan beberapa karaktersitik sifat hujan antara lain periode jatuhnya hari hujan yang semula 6 bulan musim hujan antara bulan oktober-maret dan 6 bulan musim kemarau antar bulan april-september, ternyata terjadi penyempitan periode musim hujan yaitu menjadi 4 bulan saja periode musim hujan yaitu bulan november-februari.

Akibat dari menyempitnya periode waktu hujan dan jumlah hujan yang jatuh relatif tetap, maka frekuensi hujan dengan intensitas yang tinggi semakin sering terjadi, sehingga berpotensi menimbulkan banjir.

Selain itu juga berdampak terjadi wetspell (curah hujan dengan intensitas tinggi  terjadi selama 3 hari berturut-turut), dengan kondisi tutupan lahan dan penggunaan lahan yang tidak terkendali, maka sangat berpotensi terjadinya banjir di Provinsi Lampung, teramsuk kota Bandar Lampung.

Pengelolaan banjir harus melibatkan semua stakholder termasuk masyarakat sehingga akan lebih efektif dan efisien, sehingga mampu mengurangi resiko kerugian baik material maupun non material  dari dampak banjir di Provinsi Lampung

STRATEGI  PENGELOLAAN BANJIR PROVINSI LAMPUNG

A. Pendekatan Kebijakan

  1. DAS Prioritas (Dipulihkan atau Dipertahankan), DAS Sekampung Provinsi Lampung
  2. Pendekatan HITS (Holistik, Integrated, Tematik dan Spatial) dan KISS (koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergi) antar stakeholders
  3. Internalisasi Pengelolaan DAS dalam penyusunan Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) maupun Tata ruang Kab/Kota (RTRWD) dengan pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
  4. Memperhatikan kegiatan pembangunan yang bersifat strategis nasional yang ada di Provinsi Lampung (Tol, Bandara, Double Track, dll)
  5. Penataan perizinan permukiman baru, lebih berwawasan lingkungan
  6. Provinsi Lampung 70 % adalah kawasan budidaya (APL) dan sekitar 30% kawasan hutan (TN, HL, HP, Tahura) perlu pelibatan seluruh stakeholders dalam menangani masalah banjir di Provinsi Lampung
  7. Mendukung Kebijakan nasional Social Forestry dalam penataan hutan dengan melibatkan masyarakat dalam bentuk Perhutanan Sosial (HKM, HTR, HR)
  8. Pelaksanaan secara Collective Action dan Law enforcement terhadap pelanggaran lingkugan.

B. Pendekatan Teknis

  1. Upaya sipil teknis, Chek Dam , Dam Penahan, Gully Plug,  Terras, tindakan Konservasi Tanah dan Aot (KTA)   perlu dikembangkan namun harus lebih dikelola secara baik  dan dilaksanakan secara bersama antar stakholders (PUPR, BBWS, Dinas Kehutanan, BPDASHL WSS, Pertanian)
  2. Pendekatan vegetatif, (Reboisasi dan Pengijauan, Agroforestry, NVS, Alley Croping, dll)
  3. Kombinasi pendekatan sipil teknis dan vegetatif (Terras ditambah tanaman penguat terras, grass water ways)
  4. Perlu keterpaduan dan koordinasi antarsektor dalam kegiatan mencegah  banjir, terutama di perkotaan (pembuatan biopori untuk setiap permukiman)
  5. Perlindungan bangunan strategis yang menyangkut hajat hidup rakyat seperti bendungan Batu Tegi dan bangunan irigasi perlu menjadi prioritas, sehingga usia pakainya menjadi lebih lama (pencegahan erosi dan sedimentasi di bendungan)
  6. Penanganan daerah/wilayah  dengan risiko banjir yang tinggi agar menjadi prioritas.
  7. Penambahan alat pemantau curah hujan dan banjir.

C. Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya.

  1. Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk penguatan kelembagaan pengelolaan hutan (Perhutanan Sosial) sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
  2. Implementasi Sekolah Lapang Konservasi Tanah dan Air kepada masyarakat baik yang beraktivitas di kawasan hutan (HKM) maupun kawasan budidaya (APL)
  3. Sekolah lapang pembibitan tanaman untuk menunjang kegiatan reboisasi/penghijauan
  4. Pelatihan peningkatan kesejahteraan masyarakat baik yang beraktivitas di kawasan hutan (HKM) maupun kawasan budidaya (APL)
  5. Memperkenalkan  akses pasar produk dari masyarakat baik yang beraktivitas di kawasan hutan (HKM) maupun kawasan budidaya (APL)
  6. Edukasi kepada masyarakat terkait pengendalian banjir di perkotaan.
  7. Peningkatan edukasi untuk masyarakat khususnya yang bermukim di pinggir sungai agar mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim (meningkatnya intensitas curah hujan) agar dapat mengurangi dampak kerugian banjir yang lebih besar.

Sumber data, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2024.

Selengkapnya klik STRATEGI PENGELOLAAN BANJIR MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DI PROVINSI LAMPUNG

Maju Cemerlang Faperta Kita.