(Unila): Warga sebaiknya memangkas pohon-pohon yang mulai rimbun untuk mengantisipasi bertambah besarnya kerugian akibat bencana angin puting beliung. Hal ini dilakukan terutama pada pohon-pohon yang berada di areal jalan, perumahan, dan tumbuh berdekatan dengan sarana publik agar tak mudah roboh ketika diterpa angin kencang.Demikian diutarakan pakar Lingkungan Hidup dan Klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) Slamet Budi Yuwono terkait peringatan mengenai potensi cuaca ekstrim oleh BMKG pekan ini.
“Berdasarkan penelitian kami, pohon yang rimbun ketika hujan dapat menampung beban air hingga satu ton lebih, sehingga jika diterpa angin kencang akan mudah sekali roboh,” ujarnya, kemarin.
Menurutnya, upaya tersebut merupakan salah satu langkah adaptif dari antisipasi terjadinya kerugian yang lebih besar ketika angin puting beliung datang menerpa. Selain itu sikap waspada masyarakat juga sangat penting.
Masyarakat diminta berhati-hati jika ketika terjadi mendung hitam yang begitu cepat dari bentukan awan kumolonimbus karena sangat berpotensi sekali menimbulkan hujan lebat dan puting beliung.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Radin Intan Lampung memeringatkan adanya cuaca ekstrim di beberapa daerah termasuk Bandar Lampung.
Cuaca ekstrim ini menurut BMKG ditandai dengan potensi munculnya awan kumolonimbus yang bernaung di wilayah Bandar Lampung. Awan Kumolonimbus dikenal sebagai awan dengan kandungan air tinggi sehingga mungkin sekali menjadi hujan.
Slamet mengatakan, cuaca ekstrim berupa hujan lebat diikuti angin puting beliung yang kerap terjadi di Bandar Lampung merupakan dampak langsung dari adanya perubahan iklim. Untuk itu pemerintah kota harus bersikap antisipatif. “Adanya area panas dari efek rumah kaca yang terpusat pada satu titik menyebabkan udara naik dan menyisakan ruang kosong di bawahnya. Ketika dilintasi angin baik yang mengandung air ataupun tidak, akan menghasilkan puting beliung,” pungkasnya.
Ia menerangkan, bencana puting beliung jauh lebih sulit diprediksi sepertihalnya bencana gempa karena terjadinya pemusatan udara panas tidak bisa diprediksi. BMKG hanya bisa memrediksi potensi cuaca namun tidak dapat mengetahui secara pasti di mana puting beliung akan muncul.
Dosen Jurusan Kehutanan ini menambahkan, adanya perubahan iklim merupakan fenomena yang tidak dapat ditangani dan dicegah secara regional melainkan harus secara global. Akan tetapi setidaknya Bandar Lampung bisa melakukan langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim.
Program Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Guru dalam Ketahanan Kota Terhadap Perubahan Iklim di Bandar Lampung yang merupakan bagian dari dalam program Asian CitiesClimate Change Resilience Network (ACCCRN) menurutnya adalah salah satu cara meningkatkan pemahaman masyarakat melalui pendidikan.
“Melalui program inilah, kita dapat membangun generasi mendatang yang paham terhadap perubahan iklim, implikasinya, dan efek yang sangat mungkin ditimbulkannya. Mereka juga dapat bersikap adaptif dan antisipatif terhadap cuaca ekstrim yang terjadi di kemudian hari,” pungkasnya. [Mutiara]
Sumber:www.unila.ac.id