Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) jurusan ilmu peternakan melalui Akhmad Dakhlan, Ph. D., Dr. Ir. Sulastri, M.P., dan Dian Kurniawati, M.Sc., melaksanakan program siaran Faperta Berkarya dengan tema Potensi Sapi Krui untuk Kesejahteraan Masyarakat, Bertempat Radar Lampung Televisi, Kamis, (05/11/2020).

Sapi Krui (jawi peghia) merupakan sapi lokal yang berkembang di kawasan Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Sampai saat ini sapi Krui masih mendominasi populasi sapi di Kabupaten Pesisir Barat. Produktivitas dan populasi sapi Krui diduga tidak menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat memanfaatkan sapi-sapi Krui sebagai penghasil daging dan menjadi pilihan utama penduduk dalam menyajikan hidangan pesta.

Sapi Krui masih banyak dipelihara penduduk Kabupaten Pesisir Barat dan terjaga kemurniannya. Peternak sapi Krui tidak banyak yang tertarik untuk melakukan perkawinan silang antara sapi Krui dengan sapi bangsa lain yang performa pertumbuhannya lebih tinggi.

Kondisi tersebut merupakan faktor pendukung pelestarian sapi Krui. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 48/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit Ternak menetapkan bahwa wilayah sumber bibit ditentukan berdasarkan pada adanya plasma nutfah sapi lokal yang secara genetik potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan.

Sapi Krui sudah lama berkembang di Kabupaten Pesisir Barat secara genetik potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut yang mendasari diajukannya proposal penetapan sapi Krui sebagai rumpun sapi galur asli yang terdapat di Provinsi Lampung.

Daya tarik Sapi Krui
Postur tubuhnya kecil, tidak mudah terserang penyakit, dengan pemeliharaan seadanya tetap berkembang biak, tahan terhadap penyakit, kualitas daging baik.

Dari mana asal sapi Krui
Sapi Krui sudah ada di wilayah Pesisir Barat sejak jaman penjajahan Belanda. Sapi-sapi tersebut berasal dari Aceh dan Sumatera Barat yang dibawa dari Teluk Bayur (pelabuhan laut di Sumatera Barat) menuju Padang Bay (Bengkulu) lalu mampir di Teluk Stabas (pelabuhan laut di Krui, Pesisir Barat) dan menuju Tanjung Priok (pelabuhan laut di Jakarta).

Sapi-sapi tersebut sebagian diturunkan di Teluk Stabas dan selanjutnya dipelihara oleh warga di Pesisir Barat. Sapi-sapi tersebut berkembang biak dan tetap lestari sampai kini.

Ciri-ciri sapi Krui
a.bahwa pola warna kepala dan bulu tubuh sapi Krui jantan dan betina bervariasi dari pola warna tunggal sampai empat warna. Sebagian besar sapi Krui jantan yang diamati memiliki kepala berwarna coklat belang krem.
b. warna tubuh Sapi Krui jantan (23,33%) maupun betina (20%) didominasi oleh warna cokelat.
c.warna kepala:coklat, coklat putih.
d. sebagian besar tidak berpunuk.
e. sebagian besar bergelambir.
f. bentuk muka sebagian besar ramping.
g.bentuk tanduk: melengkung keluar.
h. warna ekor sapi sebagian besar mengikuti warna dasar dari sapi.

Mengapa sapi Krui sampai saat ini masih tetap berkembang di Pesisir Barat
Sapi Krui memiliki nilai strategis yang meliputi nilai budaya, nilai ekonomis, dan nilai kemanfaatan yang baik bagi masyarakat Pesisir Barat. Nilai budaya sapi Krui dapat diketahui dari fungsinya sebagai mahar dalam perkawinan.

Berapa populasi sapi Krui di Pesbar
7951 ekor (85%) dari 9384 ekor sapi yang ada.

Populasi sapi Krui tertinggi dan penyebarannya
Populasi tertinggi di Pesisir Selatan (2267 ekor) dan terendah di Pulai Pisang (157). Sapi Krui tersebar di 11 kecamatan di wilayah Pesisir Barat.

Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan sapi Krui
Produktivitas dan populasi sapi Krui tidak menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Penyebab produktiviats dan populasi sapi Krui lambat
Penyebabnya sapi-sapi tersebut dipelihara secara ekstensif, tidak mendapat pakan tambahan yang mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya, perkembangan genetiknya tidak terkontrol karena tidak ada tindakan penerapan pemuliabiakan yang benar, perkawinan yang tidak terkontrol sehingga diduga banyak terjadi perkawinan antarindividu yang masih memiliki hubungan kekerabatan, pemotongan sapi yg tidak terkendali.

Bagaimana solusi untuk masalah tersebut
1. Meningkatkan pemahaman peternak tentang pentingnya penerapan Good Farming Practices dan Good Breeding Practices.
2. Mencegah terjadinya inbreeding.
3. Mengupayakan semen beku sapi Krui untuk mempercepat peningkatan populasi dan menghindari inbreeding.

Bagaimana dengan daya dukung pakan
Perlu digalakkan budidaya hijauan pakan ternak karena selama ini sapi Krui hanya makan rumput-rumput yang kualitasnya tidak terjamin.

Tindakan yang dilakukan untuk menjaga kelestarian sapi Krui
Mencatatkan sapi Krui sebagai plasma nutfah atau sumberdaya genetik lokal Kabupaten Pesisir Barat melalui pengajuan proposal penetapan rumpun sapi Krui ke Kementrian Pertanian.

Capaian langkah proposal
Sudah mencapai pada pengusulan, presentasi, dan monev dari pihak Kementrian yang dilakukan oleh Komisis Perbibitan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Seluruh anggta Tim Komisis Perbibitan dalam presentasi menerima usulan penetapan sapi Krui. Selanjutnya ada monev dan saat ini menunggu hasil akhir dari usulan penetapan tersebut. (Sumber; FP Unila 2020)

Maju Cemerlang Faperta Kita.

Foto : Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.Si. (Dosen Ilmu Peternakan FP Unila).