Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) Jurusan Peternakan melalui Dian Septinova, S.Pt., M.T.A., drh. Madi Hartono, M.P., dan Etta Azizah Hasiib, S.Pt., M.Sc., melaksanakan siaran Faperta Berkarya dengan topik Sediaan Herbal: Imbuhan Pakan Andalkan Peternak Unggas di Era Bebas AGP, Kamis 15 Desember 2022, di Radar Lampung Televisi.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia mendorong perkembangan usaha peternakan untuk menyediakan pangan yang cukup baik kualitas dan kuantitas maupun kontinutas guna memenuhi permintaan masyarakat akan protein hewani.
Komoditas ternak yang mempunyai kontribusi yang besar di dalam penyediaan protein hewani adalah daging dan telur yang dihasilkan oleh ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer).
Saat ini, selain permintaan masyarakat akan daging dan telur ayam yang semakin meningkat, kesadaran masyarakat akan pangan bergizi yang berkualitas pun semakin baik.
Dalam dunia perunggasan, antibiotika merupakan imbuhan pakan yang diberikan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan dan menjaga kesehatan unggas.
Antibiotika ini disebut sebagai antibiotic growth promotor hormon (AGP). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika pada ternak akan tertimbun (residu di daging dan telur sehingga dapat menganggu kesehatan pada manusia yang mengonsumsinya karena dapat berdampak terhadap resistensi mikroba.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah di berbagai negara termasuk di Indonesia telah melarang penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan pada ransum atau pakan ternak.
Terkait dengan hal tersbut perlu ada solusi untuk para peternak unggas supaya produksi dan kesehatan ternaknya tetap baik.
Apa itu AGP?
AGP (Antibiotic growt protor) adalah antibiotik dosis rendah yang diberikan ke ternak dengan tujuan untuk mengurangi atau menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan seperti clostridium, salmonella, Mycoplasma yang ada di saluran pencernaan.
Faktanya pemberian AGH nyata meningkatkan kesehatan dan produktifitas ternak karena mengendalikan infeksi dan bakteri pathogen yang ada di saluran cerna.
Pemerintah sudah melarang penggunaan antibiotik karena dampak residu dan resistensi yang ditimbulkan.
Pada dunia perunggasan, antibiotik pada dasarnya diberikan untuk 4 tujuan: (1) Terapeutik: untuk penyembuhan hewan sakir; (2) Metafilaksis (Kontrol): untuk mengurangi penyebaran penyakit pada hewan suspek pada daerah yang ditemukan penyakit; (3) Profilaksis antibiotik diberikan kepada hewan sehat untuk memberikan proteksi; (4) Antbiotik Growth Promoter (AGP): antibiotik imbuhan Pakan yang diberikan untuk meningkatkan efisiensi ransum dan pertumbuhan.
Yang dilarang penggunaannya adalah penggunaan antibiotik untuk imbuhan pakan (AGP). Kelompok antibiotik AGP contohnya adalah Virginiasin yang jika diberikan ke pada ternak dapat menyebabkan resistensi silang dengan Quinupristin/Dalfopristin yang mrupakan antibiotik yang sering juga digunakan pada manusia.
Keduanya masuk ke dalam golongan antibiotik streptogramin. Sedangkan pemakaian antibiotik untuk tujuan (1), (2), dan (3) tetap diizinkan penggunaan dalam ransum atau air minum unggas tetapi dengan dosis, lama pemberian, dan waktu henti penggunaan antibiotik yang sesuai.
Dampak pelarangan AGP bagi peternak Unggas?
Pada pemeliharaan unggas, biaya ransum mencapai 70—80% dari total biaya produksi. AGP mampu meningkatkan kesehatan ternak teritama kesehatan usus, sehingga efisiensi ransum menjadi meningkat.
Ransum yang dikonsumsi. dimanfaatkan dengan baik untuk produk daging/telur. Resiko ayam sakit dan mati juga menurun. Sehingga pelarangan AGP dikhawatirkan akan merugikan peternaka karena meningkatnya biaya ransum, penurunan produksi, bahkan meningkatnya kematian.
Solusi?
Oleh sebab itu, dengan adanya pelarangan penggunaan AGP perlu dicari altenatifnya: perbaikan manajemen (NKV), pemberian imbuhan pakan yang mempunyai kinerja menyerupai AGP. Beberapa teknologi alternatifnya adalah dengan menggunakan probiotik, prebiotik, acidifier, bahan-bahan herbal yang mengandung antibakteri dan antioksidan.
Bagamana mekanisme bahan-bahan alternatif tersebut di dalam tubuh unggas sehingga bisa menggantikan AGP untuk menjaga kesehatan unggas?
Cara kerja alternatif growt promoter sangatlah kompleks dan spesifik. tetapi secara umum bahan-bahan tersebut mempengaruhi kesehatan usus.
Bahan-bahan alternatif tersebut menjaga mikroflora usus baik secara kualitatif dan kuantitatif. Di usus ada banyak bakteri baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Bakteri-bakteri menguntungkan seperti BAL akan membantu proses penyerapan nutrien sehingga bisa dimanfaatkan secara otimal untuk produksi.
Namun kerja BAL bersaing dengan bakteri-bakteri pathogen. Alternatif AGP membantu mengkondisikan kondisi di saluran pencernaan agar sesuai dengan kondisi optimum BAL tetpai tidak untuk bakteri patogen.
Bagaimana dengan kinerja spesifik sediaan herbal?
Kinerja sediaan herbal prinsipnya hampir sama seperti altenatif AGP yang lain. Terdapat herbal yamg mengandung zat-zat aktif dimana zt tersebut mencptakan kondisi terutama pH saluan pencernaan yang sesuai untuk BAL namun kurang cocok untuk bakteri pathogen sehingga Bakteri pathogen kalah bersaing.
Ada juga sediaan herbal yang zat aktifnya mampu untuk meningkatkan sekresi enzim-enzim pencernaan. Ada juga sediaan herbal yang zat aktifnya bersifat imunomodulator, antioksidan, dan antibakteri.
Herbal sebagai pengganti AGP. Bagaimana potensinya?
Indonesia dikenal dengan kekayaan hayati tanaman obatnya. Terdapat sekitar 9000-an species tanaman yang berkhasiat sebagai obat untuk unggas.
Bebrapa ekstrak tanaman herbal diketahui memiliki berbagai nutrisi dan senyawa kimia (zat bioaktif) yang berkhasiat. Namun perlu diingat bahwa walaupun herbal bukan berarti pemberiannnya boleh sembarangan. Perhatikan segi proses pembuatan, dosis pemakaian, serta penangan produknya.
Apakah semua herbal dapat digunakan?
Perlu untuk menjadi perhatian bahwa herbal yang akan digunakan sebagai alternatif non-antibiotik sebagai imbuhan pakan harus memenuhi beberapa kondisi yaitu:
(1) tidak beracun bagi ternak;
(2) tidak menimbulkan residu bagi ternak;
(3) tidak menyebabkan resistensi;
(4) bioavailabilitasnya stabil:
(5) mudah terdegradasi;
(6) tidak mencemari lingkungan;
(7) memiliki palatabilitas yang baik;
(8) meningkakan kesehatan saluran cerna;
(9) meningkatkan sistem imun tubuh.
Apa manfaat yang diperoleh dari penggunaan herbal untuk unggas?
(1) meningkatkan palalatabilitas.
(2) meningkatkan konsumsi ransum.
(3) memperbaiki penyerapan makanan.
(4) menjaga kesehatan hati dari kerusakan.
(5) menambah daya tahan tubuh (imunomodulator).
(6) memperbaiki produksi (daging dan telur).
(7) mengurangi bau kandang (bau amonia).
Adakah pemberian sediaan herbal akan selalu memberikan efek positif?
Belum tentu dapat memberikan efek yang positif, sebab itu dalam pemberiannya harus diperkatikan jenis unggasnya. Bagian herbal yang akan digunakan, (rimpang, daun, akar, buah, biji dll) karena adaa beberapa bahgian herbal tersebut yang bersifat antinutrisi; dosis: harus sesuai.
Gunakan sediaan herbal yang sudah teruj dan terbukti memiliki khasiat obat atau sebagai pengganti AGP: temulawak, jinten, bawang putih, sambiloto, menira.
Pada manusia, efektifitas penggunaan herbal terkadang tidak konsisten. Bagaimana dengan unggas?
Pada unggas, efektifitas penggunaannya kalau kita lihat dari hasil penelitian dan laporan peternak memang masih beragam.
Beberapa tidak berpengaruh atau menghasilkan efek yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti standar kondisi hiegenitas yang berbeda, level, asal bahan sediaan herbal, jumlah ternak yang mengalami percobaan
Keberhasilan dari pemakaian sediaan herbal terutama dalam perannya untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran pencernaan , sangat ditentukan oleh sistem pemeliharaan dan praktik manajemen yang diterapkandi masing-masing lokasi peternakan.
Pemakaian produk herbal pada peternakan ayam yang pengelolaannnya asal-asalan dengan manajemen yang seadanya akan sulit mendapatkan hasil yang benar-benar nyata positif.
Selain bermanfaat pada unggas, apakah sediaan produk bermanfaat postif juga untuk produk yang dihasilkannya (daging/telur)?
Tidak ada indikasi negatif ke produk. Diterima oleh konsumen, daging: tekstur, warna, rasa lebih disukai.
Penggunaan herbal untuk unggas sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh peternak. Di Lampung sendiri sudah ada produk-produk daging ayam dan telur yang merupakan hasil dari pemberian sediaan herbal berupa jamu.
Faktanya produk tersebut sangat diminati oleh masyarakat walaupun harganya lebih mahal dari produk daging dan telur tanpa herbal karena mereka merasakan efek positif dari produk yang dikonsumsinya.
Apakah telur dan daging ayam herbal itu tergolong telur dan daging organik?
Telur /ayam organik merupakan telur/ayam yang diperoleh dari ayam yang diberi pakan bebas bahan kimia berbahaya seperti pestisida, herbisida, dan pupuk komersial.
Pakan yang diberikan adalah pakan alami ayam seperti jagung, bekatul, tepung ikan, sorgum, dan lain sebaginya. Pakan alami seperti ini mengandung nutrisi yang lebih tinggi dan beragam dibanding pakan ayam pabrikan. Tidak diberi obat2an sintetis (kimia) dan vaksinasi.
Telur herbal. Masih obatan sintettis, pakan pabrikan, vaksin. Hanya diberi tambahan herbal.
Bagaimana dengan ayam probiotik atau Prebiotik apakah sama atau juga berbeda dengan ayam herbal?
Probiotik: mikroba hidup yang digunakan sebagai pakan imbuhan dan dapat menguntungkan inangnya dengan menjaga keseimbangan mikrobial pencernaan.
Pemberian mikroba tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mempengaruhi komposisi dan ekosistem mikroflora di saluran pencernaann. EX; Lactobacillus, Bifidobacteri, Bacillus.
Prebiotik: suatu imbuhan bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan dapat menstimulasi pertumbuhan mikroba menguntungkan dalam saluran pencernaan. Ex: Fruktan, manamonoligosakarida (MOS).
Adakah kendala penggunaan atau pengembangan herbal untuk unggas?
(1) kajian ilmiah masih terbatas;
(2) kesediaan herbal yang sudah tersertifikasi masih terbatas;
(3) sediaan bahan baku herbal juga terbatas;
(4) keterbatasan teknologi.
Kesimpulan: (1) Bijak menggunakan Antibiotik; (2) Gerakkan penggunaan herbal untuk produk ternak ASUH; (3) herbal terbuka luasà kerjasama antar peneliti, pemerintah, dan swasta.
(Sumber data Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jurusan Peternakan, 2022).
Maju Cemerlang Faperta Kita.

