Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) Jurusan Proteksi Tanaman, melalui Prof. Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., Dr. Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc., dan Ir. Lestari Wibowo, M.P., melaksanakan program Faperta Berkarya di Radar Lampung Televisi dengan topik Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Guava Kristal, Kamis, 20 Juli 2023.

Guava Kristal dan Budidaya

Guava kristal merupakan tanaman hortikultura (buah) penting di Lampung. Berdasarkan data BPS Tahun 2022, produksi guava di Lampung mencapai 18.830 ton atau sekitar 4% dari produksi nasional yaitu 472.686 ton.

Buah guava kristal yang dihasilkan di Lampung bukan saja untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri tapi juga untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor ke berbagai negara. Volume ekspor guava plus salak sekitar 10% dari ekspor buah, diantarnya mangga, manggis dan rambutan. 

Guava kristal, atau jambu biji kristal, merupakan varietas turunan dari jambu biji, hasil persilangan jambu Mutiara dengan salah satu varietas jambu biji asal Taiwan. Hasil persilangan ini menghasilkan varietas baru jambu yang bijinya sedikit,  hanya sekitar 30% dari berat buah.

Guava kristal paling baik dikonsumsi ketika  cukup matangnya, saat daging buah cukup lunak. Tapi sebagian orang Indonesia menyukai buah renyah yang saat digigit masih agak keras agar bisa “kriuk-kriuk” bila dikunyah. Buah guava krisntal kaya akan vitamin C, yaitu 5 kali kandungan vitamin C buah jeruk. 

Guava kristal yang sering disebut jambu kristal, jambu biji atau jambu klutuk memiliki nama spesies Psidium guajava dan famili Myrtaceae yang berkerabat dekat dengan jambu air, jambu bol, jamblang, cengkeh, salam dan kayu putih.

Guava kristal merupakan tanaman perdu bercabang banyak dengan tinggi 2-10 m. Pemangkasan secara rutin selama budidaya tanaman ini membuat tinggi guava kristal kurang dari 2 m.

Batang tanaman ini berkayu, keras dengan kulit licin berwarna kehijauan dan mudah mengelupas. Daun tanaman guava berupa daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, pangkal membulat, pertulangan meyirip, berwarna hijau panjang  6-14 cm, lebar 3-6 cm. 

Guava keristal dibudidayakan di banyak negara tropika. Tanaman ini cocok tumbuh pada lahan dengan ketinggian 3-500 m dpl, kemiringan < 30%, suhu 23-28oC, kelembaban udara (RH) 70-80% dengan curah hujan (CH) 1000-2000 mm per tahun.

Guava krisltal tumbuh baik pada tanah gembur yang mengandung banyak air dengan kadar air 60-70%, pH 4,5-8,2, dan  bahan organik 3%.

Guava kristal mulai berbuah sejak umur 2 tahun dan berbuah sepanjang tahun. Setiap tanaman dapat menghasilkan 15-30 buah sehingga dapat memproduksi 60-80 kg buah selama 6 bulan.

Bobot buah rata-rata 500 g bahkan ada yang mencapai 900 g. Kulit buah dilapisi lilin, daging buahnya putih dengan tekstur renyah menjelang matang dan lembut bila sudah matang. Buah guava kristal manis dengan tingkat kemanisan 11-12 briks dan  kadar airnya cukup tinggi.

Teknik budidaya guava kristal tidak jauh berbeda dengan teknik budidaya tanaman tahunan tropika lainnya. Budidaya tanaman ini meliputi penyiapan lahan, penyiapan benih dan bibit, pemupukan, pengairan, pemangkasan, pengelolaan OPT, dan panen.

Pengelolahan tanah meliputi pembersihan lahan dan penyiapan lubang tanam berukuran 40 x 40 cm dengan jarak tanam 4 – 4 m, lubang tanam diberi kompos atau pupuk kendang 40 kg kemudian dibiarkan selama 2 minggu.

Bibit yang digunakan dapat berupa bibit cangkok, okulasi (budding) atau sambungan pucuk (grafting).  Pemupukan dilakukan setiap 6 bulan menggunakan pupuk kimia NPK dan pupuk kendang atau kompos dengan dosis yang disesuaikan dengan umur tanaman; misalnya untuk tanaman umur 5 tahun dipupuk tiap 6 bulan dengan dosis pupuk kandang 20 kg/tanaman dan pupuk NPK 500 g/tanaman.

Pengairan guava kristal ketika pindah tanam merupakan hal yang keritis, sehingga kerap harus dilakukan penyiraman setiap hari; ketika tanaman sudah kuat pengairan dilakukan bila diperlukan saja.

Pemangkasan setiap 6 bulan sekaligus merupakan pembentukan tajuk, pemeliharaan, produksi, dan peremajaan. Panen dilakukan ketika buah telah menunjukkan ciri-ciri: kulit buah hijau kekuningan mengkilap, mengeluarkan aroma harum, dan tekstrur mulai melunak atau renyah. Pengelolaan OPT dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT).

OPT Guava Kristal

Semua bagian tanaman guava kristal berpotensi terserang organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT meliputi hama, patogen, dan gulma. Gangguan OPT dapat menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan kerugian berupa penurunan kuantitas dan kualitas produksi, dan bahkan memperpendek umur produktif tanaman guava kristal.

Dalam beberapa referensi disebutkan umur produktif guava kristal dapat mencapai 30 tahun, karena adanya OPT umur produktif budidaya guava kristal yang masih reliable menjadi hanya sekitar 12-15 tahun.

Hama merupakan hewan yang serangannya menyebabkan kerusakan tanaman dan menimbulkan kerugian. Patogen merupakan penyebab penyakit, pada umumnya adalah golongan mikroba.

Penyakit merupakan gangguan fisiologis tanaman yang diakibatkan oleh patogen sehingga tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara normal.

Sementara gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak dikehendaki karena menjadi pesaing tanaman utama dalam perebutan air, hara, dan cahaya yang diperlukan untuk pertumbuhan normal tanaman utama.

Pada umumnya gangguan OPT pada budidaya guava kristal terdapat pada bagian daun atau pucuk, bunga, buah, dan akar.

Gangguan pada bagin buah sangat merugikan karena bagian yang diambil dalam budidaya guava kristal adalah buahnya. Gangguan pada buah dapat terjadi sejak di lapangan hingga proses packing dan bahkan setelah dipasarkan.

Gangguan pada buah seperti ini terutama disebakan oleh jamur atau bakteri patogen tanaman.  Selain penyakit, gangguan pada buah juga disebabkan oleh hama seperti lalat buah, penggerek buah.

Pada budidaya guava kristal di Lampung, OPT yang kerap menjadi masalah sebagai berikut:

Pada bagian buah:  penyakit buah Anthracnose, Rhizopus, kanker buah pestalotia, soft rot;  hama lalat buah, kutu putih (mealybug) dan semut,

Pada bunga: ulat jengkal.

Pada daun dan pucuk: embun jelaga, karat daun dan bercak daun cendawan Cercospora;   hama daun yaitu kutu daun, tungau, ulat pucuk, ulat jengkal, dan kumbang jerapah.

Pada akar: nematoda parasit tumbuhan. Belakangan ini nematoda menjadi permasalahan yang serius di perkebunan guava kristal Lampung.

Di Jawa Barat OPT yang menyerang tanaman guava adalah codot, lalat buah, ulat api, kepik Helopeltis, ulat kantong, ulat pucuk, dan kutu putih. Penyakit tanaman meliputi Anthracnose yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum, kanker berkudis yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis psidi, karat merah yang disebabkan oleh alga Chephaleuros virescen, mati pucuk dan ranting karena serangan cendawan Fusarium sp. dan bercak daun Cercospora psidii

Pengelolaan OPT Guava

Pengelolaan OPT Guava dimaksudkan untuk menjaga agar populasi OPT berada pada taraf yang rendah sehingga tidak merusak tanaman dan menimbulkan kerugian. Orinsip PHT dalam pengelolaan OPT dalam budidaya tanaman diterapkan agar berkelanjutan.

Aspek yang dipertimbangkan yaitu aspek ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosiologi. Aspek ekonomi yaitu pengelolaan OPT tidak menyebabkan kerugian, artinya biaya pengelolaan OPT tidak lebih mahal daripada harga produksi yang diselamatkan.

Aspek ekologi yaitu  pengelolaan OPT tidak boleh mengganggu atau menyebabkan kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran lingkungan yang menyebabkan terbunuhnya biota bukan sasaran serta tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Aspek sosiologi yaitu teknologi pengelolaan OPT yang diterapkan harus dapat diterima masyakat, baik masyarakat lokal, nasional maupun global.

Pengelolaan OPT akan berhasil bila didukung pengetahuan bioekolgi yaitu aspek biologi dan ekologi suatu spesies OPT. Bioekologi suatu spesies OPT meliputi perkembangan, pertumbuhan, reproduksi, perilaku, distribusi, serta pengaruh faktor biotik dan abiotik yang mempengaruhi populasinya.

Sebagian besar hama guava kristal adalah kelompok serangga yang dalam siklus hidup dan perkembangannya bermetamorfosis. Berdasarkan metamorfosisnya serangga hama tanaman ini bermetamorfosis sempurna dan metamorfosis sederhana.

Dalam siklus hidup serangga yang bermetaformosis sempurna akan melalui stadium telur, larva, pupa dan dewasa, sementara serangga yang bermetamorfosis sederhana akan melalui stadium telur, nimfa dan dewasa.

Dengan memahami bioekologi serangga hama ini maka dapat diketahui stadium dan perilaku yang dapat dimanipulasi sehingga populasinya terkendali.

Sebagai contoh, lalat buah yang bermetamorfosis sempurna diawali dari lalat dewasa meletakkan telur pada kulit buah, kemudian larva yang menetas masuk ke dalam  dan memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk, ketika larva yang sudah tua akan berpupa ia menjatuhkan diri atau jatuh bersama buah busuk untuk berpupa di tanah, kemudian akan muncul lalat dewasa yang siap menyebar untuk menyerang buah lainnya.

Siklus hidup lalat buah sekitar 17 hari, yang meliputi telur 3 hari, larva 14 hari, pupa 10 hari. Lalat dewasa kemudian kawin, lalat jantan akan mendatangi lalat betina karena tertarik feromon.

Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur 500-1000 butir. Contoh lain adalah  hama kutu putih (mealybug).

Hama ini memiliki perilaku unik yaitu berasosiasi dengan semut. Kutu putih tidak bersayap, mobilitasnya rendah, sehingga untuk dapat berpindah ia memerlukan bantuan semut.

Semut memindahkan kutu dari satu tanaman ke tanaman lain karena mendapat imbalan berupa embun madu yang dihasilkan kutu.

Dalam hal ini, pemindahan kutu oleh semut dari satu tanaman ke tanaman lain seperti semut angon kutu. Biologi dan perilaku lalat dan kutu ini dapat digunakan untuk menyusun stratetgi pengendaliannya.

Patogen penyebab penyakit pada guava kristal sebagian besar dari kelompok jamur. Jamur dapat menyebabkan penyakit apabila kondisi tanaman dan lingkungan mendukung.

Dikenal istilah segitiga penyakit; penyakit pada tanaman dapat terjadi bila jamur cukup kuat untuk menginfeksi tanaman, sementara tanaman kondisinya lemah sehingga mudah diinfeksi jamur, serta didukung kondisi lingkungan yang cocok bagi perkembangan jamur.

Oleh karena itu, pengelolaan penyakit tanaman akan berhasil bila menguasai konsep segitiga penyakit dengan baik. Salah satu kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan jamur adalah kelembaban udara, sedangkan kondisi tanaman dapat menjadi lemah karena kekurangan nutrisi.

Banyak teknik pengendalian hama dan penyakit yang dapat diterapkan dalam pengelolaan OPT guava kristal. Secara umum teknik pengendalian yang dapat diterapkan adalah:
1) teknik pengendalian kultur teknis.
2) teknik pengendalian mekanik-fisik.
3) teknik pengendalian hayati.
4) teknik pengenalian kimiawi.
5) penerapan undang-undang.

Teknik pengendalian secara kultur teknis yang diterapkan diantaranya adalah: pemangkasan, pemupukan, dan pengairan. Pemangkasan dilakukan selain untuk pembentukan tajuk, juga untuk menyeleksi tunas produktif.

Pemupukan dilakukan secara rutin berngantung kepada umur tanaman seperti yang sudah dijelaskan di muka. Demikian juga mengenai pengairan, seperti yang dijelaskan di muka. Kegiatan budidaya ini dapat meningkatkan ketegaran tanaman sehingga lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik umum diterapkan dalam budidaya guava kristal. Pengendalian ulat pucuk kerap dilakukan secara mekanik bersamaan dengan kegiatan begging atau pembungkusan buah untuk pengendalian lalat buah.

Begging jambu kristal selain ditujukan untuk pengendalian lalat buah, juga pengendalian patogen. Begging adalah kegiatan membungkus buah sejak dini (berukuran diameter 5 cm), buah dibungkus dengan kantong plastik dan styrofoam.

Dengan begging ini buah akan mulus terhidar dari sunburn dan lalat buah terhalang untuk meletakkan telur. Ketika begging, pembungkus diberi fungisida untuk mencegah buah trinfeksi jamur Rhizopus. Sambil melakukan kegiatan begging, pekerja memungut secara manual pucuk-pucuk yang terserang ulat penjalin daun.

Teknik pengendalian hayati adalah pengedalian OPT dengan menggunakan agensia hayati. Pengedalian hayati pada budidaya guava kristal di PT GGP Lampung terutama diterapkan terhadap nematoda parasit tumbuhan yang menyerang akar tanaman.

Jurusan Proteksi Tanaman FP Unila mempunyai produk bionemtisida Netamax-FP Unila yang dapat diterapkan untuk mengendalikan hayati nematoda parasit tumbuhan. Netamax-FP Unila adalah bionemtisida berbahan aktif jamur parasit telur nematoda puru akar yaitu Pupureocillium lilacinum.

Jurusan Proteksi Tanaman bekerja sama dengan PT GGP Lampung untuk memproduksi secara massal bionemtisida ini dalam kegitan penelitian hilirisasi dalam program Kedaireka, Matching Fund Kemendikbudristek.

Bionematisida ini digunakan untuk memperkaya kompos produksi PT GGP untuk  diaplikasikan pada tanaman guava kristal setiap enam bulan sekali. Pengendalian nematoda parasit tumbuhan menggunakan bionetisida ini bersifat berkelanjutan dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Teknik pengendalian kimiawi yang diterapkan untuk pengenalian OPT pada guava kristal yaitu menggunakan pestisida yaitu insektisida, fungisida dan feromon. Insektisida digunakan untuk mengendalikan hama dari kelompok serangga, sedangkan fungisida digunakan untuk mengendalikan jamur pathogen.

Aplikasi insektisida dan fungisida, sebagian besar dilakukan dengan penyemprotan menggunakan sprayer. Nematisida kimiawi granuler berbahan aktif carbofuran sudah dilarang untuk digunakan selain karena meracuni biota tanah juga karena bersifat sistemik yang dapat tertranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, dan dapat terakumulasi pada buah.

Buah guava kristal dikonsumsi dalam bentuk segar sehingga bila mengandung residu pestisida akan membahayakan kesehatan konsumen. Di PT GGP, pengujian kandungan residu pestisida pada buah guava kristal rutin dilakukan untuk mengetahui kadar residu yang terkandung dalam buah. Feromon sintetis lalat buah rutin digunakan untuk pengendalian lalat buah menggunakan perangkap.

Pengedalian dengan perundang-undangan adalah menerapkan undang-undang karantina tumbuhan. Karantina tumbuhan diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah masuknya OPTK (organisme pengganggu tanaman karantina) dari luar negeri dan tersebarnya di dalam wilayah RI. Kegagalan karantina dapat sangat merugikan pertanian dan keragaman hayati di Indonesia.

Penutup

Guava kristal merupakan tanaman hortikultura penting di Lampung dan banyak dibudidayakan baik dalam skala besar oleh perusahaan maupun sekala kecil oleh petani. Dalam budidaya tanaman ini, gangguan OPT menimbulkan kerugian yang serius sehingga harus dikelola secara baik.

Pengelolaan OPT harus mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi dan budaya agar bersifat berkelanjutan. Teknik pengendalian OPT yang dapat diterapkan meliputi: pengendalian teknik budidaya, pengendalian fisik-mekanik, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi dan pengendalian dengan undang-undang.

Pengendaian hayati dengan menggunakan bionematisida Netamax-FP Unila diterapakan untuk mengendalikan nematoda parasit tumbuhan yang sangat merusak guava kristal, kerena pengunaan nematisida kimiawi Carbofuran sudah dilarang karena sifatnya yang meracuni biota tanah non-target dan residunya dapat terakumulai dalam buah sehingga berbahaya bagi konsumen.

Sumber data: Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2023.

Selengkapnya klik Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Guava Kristal

Maju Cemerlang Faperta Kita.