Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) Jurusan Kehutanan melalui Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, M.Si., dan Drs. Afifi Bintoro, M.P., membahas tentang Konservasi Repong Damar, Kamis, 9 November 2023 di Radar Lampung Televisi.

Masyarakat Krui Lampung Barat  memiliki kepentingan langsung atas keberlanjutan sumberdaya hutan, sekaligus mereka berpengalaman dalam mengelola hutan.

Berbagai penelitian selama dasawarsa terakhir mengungkapkan bahwa berbagai praktek pemanfaatan dan pengelolaan secara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat pekon, diatur menurut tuntutan dan kewajiban yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian hutan. 

Pengelelolaan hutan oleh masyarakat secara turun-temurun justru melindungi keberadaan hutan di masa lalu.

Repong damar merupakan salah satu bukti bagaimana masyarakat dapat membangun hutan yang langsung memberikan kontribusi ekonomi bagi mereka secara berkelanjutan. 

Berdasarkan pengalaman mereka semakin rimbun dan beragam vegetasi yang ada dalam repong mereka maka semakin banyak getah yang dihasilkan.

Huber de Foresta, seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis untuk pembangunan (ORSTOM-IRD) merasa tertarik dengan fenomena yang terjadi pada repong damar di Krui. 

Pada tahun 1993 Foresta memulai penelitiannya dengan membuat plot-plot permanen untuk mengamati dinamika tumbuhan yang berlangsung di dalamnya. 

Dibutuhkan waktu 20 tahun untuk mengkonversi hutan alam sampai menjadi repong damar yang produktif.

Menurut Lubis (1997) menyatakan bahwa repong menurut masyarakat krui adalah sebidang lahan kering yang ditumbuhi beranekaragam jenis tanaman produktif, umumnya tanaman tua (perennial crops) seperti damar, duku, durian, petai, jengkol, tangkil, manggis, kandis, dan beragam jenis kayu yang bernilai ekonomis serta beragam jenis tumbuhan liar yang dibiarkan hidup. 

Disebut repong damar karena pohon damar merupakan tegakan yang dominan jumlahnya pada setiap repong. Masyarakat Krui menanam pohon damar dibawah tegakan kopi yang mampu menaunginya selama 4- 6 tahun. 

Penyadapan pertama dilakukan pada umur 15-20 tahun sejak penanaman dan  dapat  menghasilkan resin selama 30-50 tahun (Michon dkk dalam Setiawan, 1995). 

Saat ini pohon damar mata kucing selain tumbuh ada hutan alam terdapat juga di hutan tanaman hasil budidaya masyarakat disebut repong damar. 

Repong damar adalah tegakan damar yang bersama dengan jenis tanaman lainnya (buah-buahan, kayu lainnya dan rotan) telah membentuk suatu asosiasi tanaman pohon dengan struktur vegetasi yang kompleks yang dikelola oleh masyarakat setempat atau perorangan secara lestari (Wijoyanto, 1993).

Harianto, Winarno dan Kaskoyo (2005) menyatakan bahwa vegetasi repong damar di Pekon Pahmungan yang dominan terdiri dari damar, duku, bayur dan durian.

Spesies tanaman di repong damar cukup bervariasi.  Saat ini (tahun 2008) Petak di Pahmungan memiliki tanaman sebanyak 42 spesies sedangkan di Gn.

Kemala yaitu 65 spesies lebih banyak dibandingkan dengan Pahmungan.  Jika spesies di dua petak tersebut digabungkan diperoleh jumlah spesies sebanyak 82.

Jumlah spesies tersebut tidak termasuk semak, herba, perdu atau liana. Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar (2005) menyatakan bahwa sistem perladangan menuju terbentuknya repong damar merupakan sistem yang diturunkan dari generasi ke generasi dan dipertahankan sebagai budaya masyarakat Krui. 

Keberlanjutan sistem repong damar sangat ditentukan oleh bertahannya hubungan simbiosis dan terjaganya keseimbangan peran pengaruh ekonomi, ekologis, sosial dan ekologis dalam proses pengambilan keputusan yang akan di buat oleh petani repong damar (Lubis, 1997).

Penanaman kembali oleh masyarakat dilakukan untuk mengganti damar yang tumbang.  Tanaman damar akan tumbuh dan dipelihara hingga nantinya menjadi besar (Gambar 1).

(Gambar 1.  Tanaman Damar Dipelihara Sampai Besar)

Kerapatan semai damar tidak banyak terlihat dipermukaan tanah.  Kondisi ini karena sebagian masyarakat sering kali mencari anakan damar di lokasi ini.  Kecambah damar dikumpulkan (Gambar 2 dan 3) dan disemai serta ditanam ditempat lain.

(Gambar 2.  Masyarakat Mencari Kecambah Damar di Petak Penelitian)

(Gambar 3.  Kecambah Damar di Lokasi Penelitian)

Menurut Harianto dkk., (2005), jumlah pohon (berdiameter >20 cm) di repong damar yang paling dominan adalah damar (Gambar 4) mencakup 56,36 % (124 pohon) dari semua spesies yang tercatat sebanyak 220 pohon dengan tajuk yang menjulang tinggi (Gambar 4)

(Gambar 4.  Luas Bidang Dasar Tanaman Damar mendominasi Tanaman Lainnya)

(Gambar 5.  Tajuk Tegakan Damar Tajuk yang Menjulang Tinggi)

Semoga repong damar akan tetap lestari dan masyarakat krui menjadi sejahtera melalui pemanfaatan hasil repong damar baik secara ekonomi, sosial budaya dan ekologi.  Para pihak juga peduli terhadap ekosistem yang langka ini untuk memberikan apresiasi masyarakat yang telah mempertahankannya hingga ini dan masa depan nanti.

Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2023.

Selengkapnya silahkan klik KONSERVASI REPONG DAMAR

Maju Cemerlang Faperta Kita.