Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) jurusan Agronomi dan Hortikultura melalui Prof. Dr. Kukuh Setiawan, Fitri Yelli, M.Si., Ph.D., dan Ir. Ardian, M.Agr., melaksanakan siaran program Faperta Berkarya di Radar Lampung Televisi dengan topik Pemanfaatan Varietas/Klon unggul Ubi kayu berumur pendek/genjah dan Penerapan Teknologi Budidaya yang Tepat sebagai Upaya untuk Optimalisasi Potensi Produksi Ubi Kayui, Kamis, (7/7/2022) dilaboratorium lapang terpadu.

Ubi kayu merupakan salah satu komoditas strategis Indonesia. Lampung merupakan Provinsi penghasil ubikayu terbesar di Indonesia dengan luas tanam mencapai 199.385 ha yang dikelola oleh ratusan ribu petani.

Sebagian besar ubi kayu di Lampung diproses menjadi tepung tapioka. Sebanyak 70-an pabrik tapioka beroperasi di Lampung. Sebagian besar varietas ubi kayu yang ditanam petani di Lampung adalah varietas UJ 5 yang memiliki umur panen optimal 10 – 11 bulan.

Salah satu permasalahan utama dalam usaha tani ubi kayu di Lampung adalah pemanenan terlalu awal yaitu pada umur 6-7 bulan setelah tanam (BST). Hal ini sering dinamakan “singkong wortel” karena memang karakter ubi mirip dengan wortel dengan kadar pati < 17%.

Karena rendahnya kadar pati tersebut, biaya untuk produksi tepung tapioka menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan pihak industri tapioka menurunkan harga pembelian ubi dari petani.

Pihak industri mengalami ketidak-efisienan di pabrik sehingga pabrik melakukan rafaksi (pemotongan harga karena kadar pati lebih rendah daripada standar) sehingga pendapatan petani menurun. Penetapan besaran rafaksi didasarkan pada pengukuran kadar pati menggunakan alat ukur. 

Sistem pertanian berbasis ubi kayu akan berkelanjutan jika petani sejahtera dan perusahan pengolah tapioka mendapat keuntungan yang optimal.

Solusi: Menanam varietas unggul ubi kayu berumur genjah/pendek dikombinasikan dengan teknologi pemupukan yang optimal akan diperoleh ubi kayu berkadar pati relatif tinggi walaupun dipanen pada umur 6-7 bulan.

Ringkasan: Ubikayu baik yang berumur genjah (panen 7 bulan setelah tanam=BST).  Pemupukan yang tepat waktu, tepat sasaran, tepat dosis, dan tepat bahan merupakan salah satu teknik budidaya yang sangat diperlukan pada tanaman ubikayu.

Selama ini, secara umum rekomendasi pupuk untuk tanaman ubikayu yang sering digunakan oleh petani adalah 100 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan 100-150 kg KCl/ha. 

Fungsi utama hara N pada urea adalah untuk pertumbuhan daun dan batang, hara P pada SP-36 adalah untuk pertumbuhan akar, dan K pada KCl untuk perkembangan ubi.

Jika ada peningkatan dosis pemberian KCl hingga 300 kg KCl/ha maka produksi ubikayu bias mencapai 40 ton/ha dengan kadar pati yang cukupmtinggi yaitu 24% atau bahkan bisa 26%. 

Sumber K bisa didapatkan dari batang ubikayu setelah panen.  Selama ini batang ubikayu ditumpuk atau berserakan di lahan kurang dimanfaatkan. Dengan alat pencacah batang (sudah dipatenkan oleh Dr. Sandi Asmara dari FP Unila) maka cacahan batang ubikayu sebanyak 40 ton/ha mampu menggantikan peran K yang berasal dari KCl. Klik Petokong dan Rabakong

Rekomendasi dosis ubikayu 100 kg utea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 150 kg KCl/ha ditambah 40 ton cacahan batang ubikayu/ha bias meningkatkan produksi ubikayu bahkan kadar pati.

Sumber data, Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2022.

Maju Cemerlang Faperta Kita.