Dalam melaksanakan peran menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi Negeri yang meliputi ; pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) melalui Dr. Dra. Maria Erna Kustyawati, M.Sc., Ir. Samsul Rizal, M.Si., dan Dr. Dewi Sartika, STP, M.Si., melaksanakan program Faperta Berkarya dengan topik pembahasan mengenai Kiprah Laboratorium Analisis Mikroba FP Unila dalam Menciptakan Inovasi dan Teknologi Berbasis Mikrobial, bertempat di Radar Lampung Televisi, Kamis (5/3/2020).

Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian (MHP) adalah Laboratorium analisis mikrobia pada pangan. Inovasi dan teknologi yang sedang dilaksanakan di laboratorium antara lain modifikasi pangan, pangan fungsional dan anti mikroba alami.

Tuntutan konsumen pada produk pangan saat ini tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi namun juga memberikan pengaruh dalam meningkatkan kesehatan.

Makanan atau minuman fungsional telah dikembangkan sedemikian rupa disamping untuk memperbaiki fungsi-fungsi fisiologis agar dapat melindungi tubuh dari penyakit juga dapat dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan sehari-hari.

Salah satu produk pangan kesehatan yang banyak dikembangkan adalah produk pangan yang mengandung sel mikroba hidup seperti minuman fermentasi laktat atau minuman atau pangan probiotik. 

Minuman atau pangan probiotik merupakan produk minuman/pangan yang mengandung mikroba probotik hidup paling tidak sebesar 106 ( 1 juta sel) dimana mikroba ini mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan manusia.

Produk pangan probiotik memiliki aroma dan rasa khas serta memiliki khasiat kesehatan bagi manusia khususnya. Misalnya, dapat mencegah penyakit infeksi saluran pencernaan karena mengandung bakteri hidup yang mampu bertahan dalam saluran pencernaan dan menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan.

Aroma dan rasa khas minuman fermentasi laktat terutama disebabkan oleh perombakan komponen pangan (makromolekul dan mikromolekul) seperti karbohidrat oleh Bakteri Asam Laktat menjadi asam-asam organik dan asetaldehid, sedangkan kemampuannya dalam mencegah penyakit infeksi saluran pencernaan karena kemampuannya memproduksi senyawa-senyawa antimikroba, dan menciptakan kolonisasi dan invasi dalam jaringan usus dan akibatnya membunuh bakteri pathogen usus.

Bakteri atau mikroba yang digolongkan sebagai agen probiotik harus memiliki kemampuan:

  1. Tahan terhadap kondisi asam
  2. Bersifat antimikroba
  3. Tahan terhadap garam bile (garam empedu)
  4. Mampu hidup dalam saluran pencernaan.

Banyak produk pangan dan minuman yang tergolong probiotik, seperti yoghurt, kefir, tempe, tape, dan produk-produk fermentasi lainnya yang mengandung mikroba probiotik.

Bakteri-bakteri patogen pada pangan sangat berbahaya bagi manusia, misal bakteri E coli yang menyebabkan diare, Salmonella yang menyebabkan salmonellosis/food borne diseases dengan gejala awal gangguan peencernaan, gangguan syaraf, hilang kesadaran dan bahkan kematian sehingga untuk Salmonella kontaminan pada pangan harus zero.

Untuk memperpanjang daya simpan pangan perlu bahan anti mikroba alami pada Lab MHP sudah dilakukan penghambatan kontaminan  bakteri dengan menggunakan penghambatan hayati  misal bacteriophage (virus-bakteri) dan penghambatan dengan bahan herbal lokal misal dari ekstrak daun, kulit buah, umbi dlsb, bahkan zat anti bakteri telah dicoba diproduksi hilir, misalnya sabun padat/cair anti bakteri dari ekstrak kulit pisang, hand sanitizer, sabun transparan anti bakteri mengkudu.

Yang telah kita ekstrak dan diujicobakan sebagai  bahan anti bakteri adalah, kulit batang/daun/kulit umbi/umbi singkong karet racun, daun kembang sepatu, daun hias merah dan ungu, kulit buah naga, kulit jeruk, daun waru, daun jati, daun rampai, daun/buah cherry.

Ternyata hampir semua bahan lokal kita berpotensi sebagai anti bakteri. Dicobakan kepada 4 bakteri patogen utama yaitu Salmonella, E Coli, Vibrio, Staphylococcus. (Sumber data : FP Unila 2020)

Maju Cemerlang Faperta Kita.