Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Prof. Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., Dr. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., dan Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc. (Karyawan PT Bumiwaras, Lampung) melaksanakan siaran program fakultas pertanian berkarya (faperta berkarya) dengan topik Ledakan Populasi Ulat Jengkal Singkong di Lampung, Kamis 23 Februari 2023, di Radar Lampung Televisi.

Tantangan pertanian dalam menghadapi fenomena pemanasan global (global warming). Pemanasan global bukan saja menyebabkan perubahan iklim tetapi juga berdampak pada benyak aspek dibidang pertanian.

Salah satu aspek penting yang disinyalir sebagai dampak global warming adalah munculnya fenomena peledakan hama dan penyakit tanaman, seperti ledakan populasi ulat jengkal pada singkong yang terjadi di Jati Agung Lampung Selatan.

Para peneliti hama tumbuhan mengemukakan pemanasan global dan perubahan iklim yang ditandi peningkatan suhu udara di muka bumi mempengaruhi kehidupan serangga hama.

Peningkatan suhu dapat memicu berbagai aspek dalam kehidupan serangga hama diantaranya:

1. Peningkatan jumlah keturunan.

2. Peningkatan kemampuan menyebar ke wilayah baru sehingga menyebabkan munculnya masalah spesies invasive.

3. Terjadinya outbreak serangga vector penyakit tumbuhan, karena kemampuan menyebarnya tinggi.

4. Terjadinya dissinkronisasi serangga hama dengan musuh alaminya, sehingga musuh alami tidak efektif lagi mengendalikan populasi hama.

5. hilangnya sinkroni serangga hama dengan tanaman inangnya.

6. Kemampuan bertahan hidup serangga hama melewati musim dingin untuk wilayah empat musim.

Peledakan ulat jengkal pada tanaman singkong diinformasikan petani pada awal bulan Desember tahun 2022.Ribuan dan mungkin jutaan ulat jengkal menyerang dan merusak pertanaman singkong di Desa Sidoarjo, Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan.

Ulat jengkal merusak 100% tanaman singkong berumur 8 bulan kelon Garuda sehingga tanaman menjadi gundul karena daunnya habis dimakan.

Populasi ulat jengkal ini sangat tinggi sehingga dalam 5 hari seluruh daun tanaman habis dimakan akibatnya singkong di lahan 1 ha seluruhnya hanya tinggal batangnya saja.

Dari hasil pengamatan diketahui populasi ulat rata-rata 145 individu per batang tanaman maksimum 552 ulat per tanaman. Dari angka tersebut dapat diduga populasi ulat jengkal per hektar pertanaman singkong dapat mencapai 7500 x 145 = 1 087 000 ulat per hektar.

Populasi yang tinggi ini menampakkan pemandangan yang membuat merinding bagi yang melihatnya, yaitu seluruh tanaman dikerubuti ulant jengkal.

Peledakan peledakan ulat jengkal ini mendapat perhatian pihak BRIN dan Unila. Pihak BRIN dan dosen Jurusan Proteksi tanaman telah melakukan kunjungan lapang pada tanggal 13 Desember 2022 untuk melihat secara langsung fenomena peledakan ulat tersebut.

Ulat juga diberi sebutan ulat kilan karena selama bergerak ulat ini tampak seperti mengilan atau menjengkal (bahasa Jawa).

Pada kasus peledakan populasi ulat kilan di Jati Agung,  ulat jengkal tampak menggelantungkan diri dengan banang suteranya untuk berpindah dari tanaman satu ke tanaman lainnya.

Perilaku berpindah seperti ini dan dengan bantuan angin menyebabkan ulat kilan cepat menyebar ke pertanaman singkong lain di sekitarnya.

Untuk tanaman singkong yang sudah habis daunnya, ulat juga memakan kulit batang. Di sekitar lokasi pertanaman yang diserang, ulat jengkal juga memakan banyak jenis gulma dan tumbuhan selain singkong.

Tumbuhan yang ditemukan dimakan ulat jengkal yaitu daun randu, karet, waruan, rerumputan, bandotan, rumput gajah, tembelekan, belimbingan, Esatalta, dan lain-lain.

Sebutan ulat jengkal diberikan kepada anggota famili Geometridae. Ulat jengkal yang menyerang singkong di Jati Agung Lampung Selatan tersebut teridentifikasi genus Ectropis, sub-famili Ennominae, Famili Geometridae Ordo Lepidoptera.

Dalam buku The Pest of Crops in Indonesia karangan LGE Kalshoven (1981), ulat jengkal Ectropis bhurmitra telah lama didokumentasikan menyerang tanaman kina dan gambir di Sumatera Utara.

Selain kina, ulat ini juga dilaporkan memakan kakao dan teh serta hidup di semak-semak. Ketika terjadi peladakan populasi pada tanaman kina, ulat jengkal ini juga ditemukan berpindah dan marusak tanaman sayuran, teh, pisang, kacang tanah, dan singkong.

Peledakan populasi ulat jengkal dapat terjadi karena kemampuan reproduksinya tinggi dan siklus hidupnya pendek. Ngengat mampu menghasilkan ratusan telur.

Telur menetas menjadi ulat, ulat kemudian mejadi pupa dan selanjutnya menjadi ngengat kembali.  Siklus hidup ulat jengkal Ectropis dapat berlangsung sekitar 1,5 bulan.

Munculnya fenomena ledakan populasi ulat jengkal pada tanaman singkong di Jati Agung perlu mendapat perhatian serius karena dapat mengancam produksi singkong di Lampung.

Seperti kita ketahui, provinsi Lampung merupakan sentra produksi singkong terbesar di Indonesia. Di provisni ini juga terdapat banyak industri yang menggunakan singkong sebagai bahan baku.

Ngengat ulat jengkal yang mampu terbang jauh akan sangat mudah menyebar; apabila penyebaran hama ini meluas di Lampung, maka tidak mustahil akan mengancam secara serius produksi singkong di Lampung.

PT Bumi Waras (BW) begitu concern terhadap munculnya fenomena ledakan populasi ulat jengkal pada tanaman singkong di Jati Agung Lampung Selatan tersebut. Oleh karenanya, begitu mendapat informasi tentang adanya ledakan populasi ulat jengkal tersebut, pihak BW langsung turun ke lapangan bersama dosen dari Jurusan Proteksi Tanaman FP Unila untuk menyaksikan langsung pertanaman singkong yang terserang ribuan dan bahkan jutaan ulat jengkal.

Kunjungan dilakukan pada tanggal 8 Janurai 2023. Maksud kunjungan lapang tersebut adalah untuk melihat dari dekat bagaimana ulat jengkal menyerang tanaman singkong, kelon apa saja yang diserang dan juga untuk mengetahui perilaku serta siklus hidup ulat jengkal.

Dengan mengetahui perilaku ulat maka dapat ditemukan kelemahan ulat sebagai pertimbangan dalam menentukan taktik pengendaliannya. Diharapkan juga, dari hasil kunjungan dapat ditemukan solusi untuk mengatasi permasalahan ledakan ulat jengkal pada tanaman singkong di Lampung.

Solusi untuk mengatasi masalah ledakan populasi ulat jengkal pada singlong adalah penerapan teknik pengendalian kimiawi yaitu aplikasi insektisida.

Perlu diketahui bahan aktif insektisida yang manjur  atau efikasinya tinggi terhadap ulat jengkal singkong. Selain teknik pengendalian kimiawi, alternative teknik pengendalian lain perlu ditemukan.

Berbagai teknik pengendalian dapat diterapkan terhadap hama ulat jengkal. Teknik pengendalian tersebut meliputi:

1) Kultur teknis.

2) Teknik pengedalian fisik dan mekanik.

3) Teknik pengandalian hayati,

4) teknik pengendalian kimiawi.

Teknik pengandalian hama secara kultur teknis, contohnya adalah menanam tanaman yang tahan atau toleran terhadap serangan ulat jengkal. Pengendalian secara fisik dan mekanik dapat dilakukan dengan memunguti ulat atau pupa dengan tangan kemudian dimatikan.

Teknik pengendalian hayati adalah memanfaatkan musuh alami ulat yaitu predator, parasitoid dan pathogen untuk mengendalikan ulat jengkal. Teknik pengendalian kimiawi adalah  penggunaan insektisida.

Dalam setiap pengendalian hama tanaman hendaknya menerapkan empat prinsip Pengendalian Hama Terpadu.  Prinsip penerapan PHT meliputi:

1) Budidaya tanaman sehat.

2) pengamatan rutin.

3) Pemanfaatan musuh alami.

4) Petani sebagai manager di lahannya sendiri.

Penggunaan insektisida merupakan alternative terakhir apabila teknik pengnadalian lain sudah tidak lagi efektif.

Pengendalian hayati dapat dianjurkan untuk mengatasi masalah ulat jengkal pada ubi kayu. Pengendalian hayati aman terhadap lingkungan dan kesehatan.

Penerapan pengendalian hayati dapat berupa introduksi musuh alami, augmentasi atau perbanyakan musuh alami kemudian di lepas di lapangan serta konservasi musuh alami yang sudah ada di lapangan. Musuh alami ulat jengkal dapat berupa parasitoid, predator dan patogen serangga.

Jurusan Proteksi Tanaman FP Unila memiliki banyak isolat patogen serangga yang mungkin manjur terhadap ulat jengkal. Karena munculnya ulat jengkal pada singkong merupakan fenomena baru, kami dari jurusan Proteksi Tanaman FP Unila belum melakukan pengujian koleksi isolat-isolat patogen serangga yang ada di Laboratorium.

Dari uraian maka dapat diambil hikamhnya yaitu peledakan hama pada singkong yang mengancam produksi dapat terjadi secara tiba-tiba. Perlu kajian-kajian untuk menemukan solusi untuk mencegah meluasnya penyebaran ulat jengkal pada singkong di Lampung. (Sumber data, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2023).