Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) melalui Dr. Tubagus Hasanudin, Dr. Indah Listiana, dan Dr. Muhammad Ibnu, melaksanakan siaran Faperta Berkarya dengan topik Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian di Era Digitalisasi, Kamis 1 Desember 2022, di Radar Lampung Televisi.

Digitalisasi merupakan salah satu inovasi yang banyak digunakan di sektor pertanian. Digitalisasi dapat diterapkan dalam berbagai bentuk, baik dalam sistem produksi, rantai pasok, maupun sistem pangan.

Saat ini penggunaan digitalisasi atau mesin digital sudah banyak diterapkan di sektor pertanian, terbukti dengan bertambahnya berbagai artikel dan/atau review di bidang smart farming, analisis data ekstensif, artificial intelligent/kecerdasan buatan, dan Internet of Thing/IoT.

Digitalisasi memiliki pengaruh besar dalam mengubah sistem pertanian tradisional menjadi pendekatan berbasis manajemen data. Selain itu, digitalisasi dapat mengubah peran terkait gender di sektor pertanian.

Digitalisasi di sektor pertanian saat ini dinilai lebih nyaman dilakukan seiring dengan ponsel smartphone. Perkembangan smartphone saat ini mampu mendukung berbagai aplikasi berbasis alat virtual, yang dinilai mampu meningkatkan produktivitas di bidang pertanian. Selain itu, penerapan digitalisasi pada sektor pertanian juga dapat mengatasi tantangan keberlanjutan.

Peningkatan produktivitas dan keberlanjutan di sektor pertanian dapat disebabkan oleh optimalisasi berbagai sumber daya melalui berbagai inovasi seperti teknologi sensor, pemrosesan citra digital, sistem penentuan posisi, dan lain-lain.

Dalam tulisan ini, kami memilih untuk fokus pada digitalisasi untuk mempromosikan pendekatan penyuluhan pertanian di Indonesia.

Digitalisasi sistem penyuluhan memiliki kelebihan dalam menjangkau beberapa bahkan banyak pelaku secara bersamaan. Pendekatan digitaliasi penyuluhan dapat menghubungkan berbagai aktor pertanian dengan latar belakang pengetahuan dan pengetahuan yang berbeda (petani, penyedia kredit dan input, pembeli, peneliti, dan organisasi penunjang lainnya).

Pendekatan ini dapat menjadi media untuk berbagai kebutuhan sektor pertanian, seperti varietas tanaman, bibit hewan, musim tanam, benih berkualitas, penyakit, mekanisme pengendalian hama, harga pasar terbaik, dan penyedia kredit yang menguntungkan.

Di sisi lain, pendekatan penyuluhan tradisional memiliki kapasitas yang lebih rendah untuk menghubungkan berbagai sektor pertanian untuk memecahkan masalah dan meningkatkan akses informasi petani ke pasar dan kredit.

Makalah singkat ini mengulas penyuluhan di era digitalisasi melalui dengan menampilkan contoh kasus platform Desa Apps (Digital Extension Society for Agriculture) di Indonesia sebagai platform media penyuluhan pertanian terpadu. Makalah ini memperlihatkan bagaimana potensi dan atau peluang yang terkait dengan pengembangan platform tersebut.

The Desa Apps as an Agricultural Extension Application

Sumber klik Satu jari beragam informasi

Desa Apps adalah Aplikasi Mobile yang dikembangkan untuk membantu petani mulai dari menanam, memelihara, memanen hingga menjual. Petani dapat berinteraksi langsung dengan para ahli untuk tanya jawab dan konsultasi serta berbagi informasi dengan petani lainnya.

Desa Apps menerapkan algoritma pembelajaran mesin di mana petani dapat didaftarkan ke dalam platform untuk mengajukan pertanyaan terkait berbagai kegiatan on-farm dan off-farm, yang kemudian akan mendapatkan umpan balik dalam bentuk layanan obrolan online.

Desa Apps adalah platform akses terbuka di mana petani dapat berinteraksi dengan petani lain untuk berbagi ide, inovasi, dan solusi untuk menghadapi berbagai kendala on-farm dan off-farm.

Gambar 1. Pertumbuhan jumlah anggota terdaftar Desa Apps

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa jumlah anggota terdaftar Desa Apps mengalami peningkatan dari November 2016 hingga September 2020. Sejak awal berdirinya, Desa Apps memiliki beberapa anggota terdaftar sebanyak 12.509 orang secara nasional.

Jumlah anggota terdaftar Desa Apps paling signifikan terjadi pada Juli 2019 yang mencapai sekitar 1.303 orang. Di sisi lain, peningkatan jumlah anggota terdaftar terendah terjadi pada Desember 2016 dan Mei 2020. Meningkatnya jumlah anggota terdaftar menunjukkan aplikasi penyuluhan ini cukup diminati masyarakat.

Gambar 2 menunjukkan bahwa ada sekitar 5.454 diskusi yang telah dimunculkan. Jumlah pembahasan per bulan paling signifikan terjadi pada Agustus 2018 yang mencapai 810 kasus. Tema yang dominan adalah masalah hama dan penyakit tanaman padi, dengan pembahasan lengkap sebanyak 77 kasus. Sedangkan waktu pembahasan yang dominan terjadi pada Agustus 2018 yang mencapai sekitar 173 kasus.

Gambar 2. Jumlah diskusi dalam Desa App.

Berdasarkan Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5 diketahui bahwa Pulau Jawa merupakan wilayah dengan tingkat pembahasan yang paling banyak dibicarakan di Desa Apps, dengan pelaku utamanya adalah petani, penyuluh, dan pedagang.

Kondisi ini berarti Pulau Jawa memiliki potensi untuk mengembangkan digitalisasi penyuluhan pertanian yang memadai. Selain itu Pulau Jawa dapat dijadikan sebagai salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan anjungan.

Pulau Jawa merupakan wilayah dengan tingkat pelaporan paling luas karena memiliki proporsi usaha yang cukup besar di sektor pertanian khususnya tanaman pangan beras.

Pulau Sumatera merupakan wilayah dengan angka pelaporan terbesar kedua setelah Jawa, yang berimplikasi bahwa wilayah ini dapat dikembangkan menjadi salah satu wilayah dengan potensi pengembangan Desa Apps yang cukup baik.

Gambar 3. Jumlah diskusi dalam Desa App (petani).

Gambar 4. Jumlah diskusi dalam Desa App (penyuluh).

Gambar 5. Jumlah diskusi dalam Desa App (pedagang).

(Data Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2022).

Maju Cemerlang Faperta Kita.