hidrila kegiatan
Hidrila (Ilustrasi)

(Unila): Pesisir dan laut merupakan bagian dari lokasi penting di provinsi Lampung. Dalam kuliah umum tentang pesisir yang  diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan (Hidrila) Universitas Lampung (Unila) pada Jumat (25/5) di Aula Fakultas Pertanian Unila terungkap bahwa potensi luas perairan budidaya laut di Lampung mencapai 596.800 ha. Belum ditambah dengan potensi perairan lainnya.
Atas dasar itulah maka, Hidrila mengadakan kuliah umum yang bertemakan “Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya dan Perekonomian Pesisir”. Demikian dijelaskan oleh Deti Fransiska, Ketua Pelaksana Aquaculture Expo III. Kuliah umum ini sendiri merupakan bagian dari rangkaian Aquaculture Expo III yang merupakan ajang rutin tahunan Hidrila.
Ketua Umum Hidrila, Tri Agus Saputra bahkan sangat menegaskan tentang pentingnya peran mahasiswa dalam ikut serta merawat dan melestarikan pesisir. Apalagi sebagian besar wilayah Lampung dikelilingi oleh laut yang tentu saja merupakan daerah pesisir. Agus mengungkapkan, sebenarnya sudah ada beberapa wilayah pesisir di Lampung yang cukup bersih dan tertata dengan baik. Namun masih ada pula beberapa daerah pesisir yang masih belum terawat dengan baik.
Agus memberikan contoh di Desa Durian Padang Cermin. Desa Durian merupakan Desa yang telah dikunjungi oleh Hidrila pada rangkaian kegiatan Aquaculture Expo III sebelumnya. Hidrila telah melakukan pembersihan pantai dan penanaman mangrove di wilayah pantai di Desa Durian. Selain itu mereka juga melakukan bakti sosial. Menurut Agus, wilayah pesisir di Desa Durian merupakan salah satu yang belum dibudidayakan dengan baik.
Agus mengatakan bahwa sebenarnya selama ini telah cukup fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka budidaya pesisir serta perekonomian di pesisir. Hal tersebutpun diakui oleh masyarakat Desa Durian. Akan tetapi, menurut Agus, hasil patauan Hidrila yang telah terjun langsung kesana mendapati bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah yang terkadang kurang mengena terhadap masyarakat setempat.
Agus mengambil contoh pada mesin pembuat bakso ikan yang disediakan pemerintah sebagai bantuan untuk masyarakat di sana. Menurut Agus, sebagaimana dijelaskan oleh masyarakat setempat, bahwa pemerintah melakukan sosisalisasi secara keseluruhan, mencakup berbagai aspek. Sehingga tentang penggunaan secara teknis dari mesin tersebut justru masih kurang dipahami oleh masyarakat setempat. Akibatnya, mesin pembuat bakso ikan tersebut tidak dipergunakan oleh masyarakat setempat.
Menurut Agus, hal tersebut sangat disayangkan. Hanya karena sosialisasi yang kurang mengena, masyarakat tidak dapat lebih mengeksplorasi sumber daya yang ada, yang sebenarnya dapat dijadikan sebagai salah satu lahan perekonomian mereka.
“Disinilah fungsinya mahasiswa,” ucap Agus yang mengaku lebih menyukai praktek di lapangan ini. Ia mengakui bahwa teman-teman dari jurusan Budidaya Perikanan selama ini telah melakukan sharing seputar berbagai permasalahan yang terjadi di daerah pesisir. “Ketika kita sudah tahu teorinya dari perkuliahan, apa salahnya kalau kita bawa ke lapangan,” ungkap Ketua Umum Hidrila ini.
Menurut Agus, sudah ada beberapa solusi konkrit hasil dari sharing mereka dengan masyarakat Desa Durian. Diantaranya misalnya tentang pengelolaan koperasi simpan pinjam nelayan yang lebih menggunakan pengelolaan yang teratur sehingga bentul-betul dapat membantu nelayan dalam penghasilannya. “Kami telah melakukan sharing dan memberikan penyuluhan beberepa kali. Selain bersih-bersih pantai dan penanaman mangrove, inilah bentuk tindakan konkrit atas kepedulian kami terhadap wilayah pesisir,” tutupnya. [Atika]
Sumber:www.unila.ac.id

Leave a Reply