DSCF2249Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Hima Pascasarjana FP Unila) langsung membuat gebrakan, belum genap 2 (dua) pekan pembentukan kepengurusan, sudah langsung menggelar kuliah umum, pada Rabu (6/3) di Aula Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila)
Kuliah Umum ini menampilkan pembicara Guru Besar dari Universitas Sriwijaya Prof. Fahrurrozi Sjarkowi dengan judul “RABAAN KONSEPSIONAL TERHADAP MASA DEPAN KAJIAN KEILMUAN AGRIBISNIS”.  Acara Kuliah umum diikuti oleh dosen, mahasiswa pascasarjana, dan sarjana FP Unila yang dipandu oleh Prof. Wan Abbas Zakaria, Prof. Fahrurrozi Sjarkowi menyampaikan paparannya antara lain “Kita harus berorientasi Agribisnis, tidak lagi hanya usaha tani, ciri Agribisnis diantaranya adanya Manajemen Keuangan, Manajemen  Kepegawaian, Manajemen, Pengemasan, dan Manajemen Pemasaran.
Manajemen keuangan dalam agribisnis merupakan faktor yang sangat penting.  Banyak terjadi bahwa pelaku usaha dibidang agribisnis mengeluhkan kendala modal, kesulitan untuk mengajukan kredit ke pihak bank karena tidak punya agunan, aset-asetnya (tanah dan bangunan) tidak ada surat menyuratnya sehingga tidak bisa menjadi agunan dan sebagainya.  Padahal sebenarnya pemerintah sudah memfasilitasi pelaku usaha agribisnis dengan kredit tanpa agunan, tetapi gaungnya kurang terdengar oleh pelaku usaha.  Prof. Fahrurrozi Sjarkowi juga menganalogikan bahwa banyak dana penelitian “menganggur” di Kementerian karena tidak terserap oleh dosen yang mengajukan proposal penelitian (karena judul yang sudah ketinggalan beberapa puluh tahun yang lalu, atau judul yang masih di “batang” ilmu bukan di “ranting”nya).
Manajemen Kepegawaian dalam usaha agribisnis juga faktor yang menentukan, tidak bisa lagi seperti  tenaga kerja di usahatani  yang diantaranya mengandalkan tenaga dari anggota keluarga dengan skala yang kecil.  Maka diperlukan pengelolaan pegawai dengan baik yang mampu menangani produk-produk pertanian yang umumnya mempunyai sifat cepat rusak, bersifat massal, dan memerlukan tempat yang luas.
Manajemen Pengemasan dan Manajemen Pemasaran juga penentu keberhasilan dalam usaha agribisnis, sebagai contoh,produk Aloe vera (Tanaman Lidah Buaya) yang dihasilkan di Kalimantan, begitu pun Nata de Coco dari Lampung, Indonesia harganya sangat murah, tetapi begitu diambil dan dikemas oleh Singapura dan di jual lagi di Indonesia, maka terjadi peningkatan harga yang sangat tinggi, maka Singapura lah yang mengambil banyak keuntungan.  Kedepannya hal itu tidak boleh terjadi lagi, kita yang memproduksi, kita yang mengemas, kita yang memasarkan dan kita yang mendapat keuntungan.
Sungguh ironis, Indonesia yang memungkinkan secara sumberdaya, dan iklim, masih saja mengimpor produk-produk daging sapi, produk hortikultura, dan kedelai (sebagai bahan baku tahu dan tempe). Dimana letak masalahnya? Maka generasi generasi seperti anda ini lah yang akan berperan di masa yang akan datang”, pungkas Prof. Fahrurrozi Sjarkowi.  FOTO-FOTO terkait klik disini.(HS)