ls mata logoMenerapkan keilmuan yang didapat dari bangku perkuliahan  secara langsung di lingkungan masyarakat menjadi menarik bagi mahasiswa yang tergabung di Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS Mata) Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila). Lahan pertanian warga menjadi laboratorium nyata bagi para calon sarjana pertanian ini.
Turun ke sawah, membantu membuat pupuk organik sebagai solusi kelangkaan penyubur tanah yang biasa dialami petani, hingga menggerakkan warga untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai media tanam. Mereka membawa misi besar agar masyarakat dapat mandiri pangan.
Desa Gedunggumanti, Tegineneng, Lampung Selatan, menjadi laboratorium khusus para anggota LS Mata FP Unila mengenalkan teknik pertanian vertikultur atau sistem budi daya pertanian Secara vertikal (bertingkat).  “Target kami adalah ibu-ibu desa yang tidak memiliki aktivitas, daripada menganggur kami ajak mereka untuk bertani di pekarangan rumah dengan cara vertikultur,” kata Ketua LS Mata, Yoga Saputra, mahasiswa Program Studi Agroteknologi FP Unila ini.
Yoga menyebut kegiatannya tersebut telah berlangsung sejak Juli 2014 lalu. Alhasil, menurutnya, saat ini masyarakat Desa Gedunggumanti telah akrab dengan media tanam menggunakan pot-pot dan botol bekas, paralon, hingga bambu yang biasanya hanya menjadi sampah. Berbagal sayuran mulai dan bayam, sawi, hingga tomat tumbuh subur di media tanam tersebut. “Mereka sengaja kami beri bibit tanaman sayur sehingga ketika tumbuh dapat langung memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sayuran keluarga tanpa harus membeli,” kata Yoga.
Meski sebenarnya teknik tanam tersebut lebih cocok diterapkan di perkotaan, Yoga dan pengurus LS Mata memilih lingkungan desa pinggir kota sebagai media sosialisasi pada tahap awal. “Kami juga ingin memperkenalkan teknik ini kepada masyarakat kota di Bandar Lampung, tetapi saat mi masih sebatas di beberapa lokasi, seperti di salah satu pondok pesantren di Bandar Lampung,” kata Yoga.
Sekretaris LS Mata, Kharisa Sri Handayani, menjelaskan berbagai program gerakan menanam di pekarangan warga dengan teknik vertikultur tersebut dilakukan berkat terpilihnya proposal yang dibuat LS Mata berjudul Optimalisasi Lahan Pekarangan di Desa Gununggumanti Menggunakan Teknik Vertikultur Guna Ciptakan Desa Mandiri Pangan (Mapan) yang dipilih DIKTI dari ratusan proposal dari perguruan tinggi di Indonesia dan mendapatkan dana hibah.
Dengan antusias, Kharisa menjelaskan secara detil teknik budidaya secara verikultur.  Contoh, undakan bambu dengan tanaman bayam beraneka warna yang tengah dipamerkan di pelataran FP Unila.
Kegiatan yang menurutnya sangat menghasilkan ketika diulakukan secara bersama masyarakt dan anggota LS-Mata yang kini mencapai seratus orang.  “Ini menjadi bentuk aplikasi kami dari teori yang selama ini kami dapatkan di kampus”, kata kharisa dengan mengumbar senyum.
Foto kegiatan ini diantaranya:

foto 1

Foto 1. Mahasiswa LS-Mata menjelaskan teknik vertikultur.

foto 2

Foto 2. Mahasiswa LS-Mata menjelaskan teknik vertikultur.

foto 3

Foto 3. Mahasiswa LS-Mata

 
Sumber/Foto: Lampung Post Cetak, 20 Des 2014

Leave a Reply