Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) melalui Dr. Tri Maryono, S.P., M.Si. (Bidang Proteksi Tanaman), Purba Sanjaya, S.P., M.Si. (Bidang Budidaya Tanaman), dan Dedy Prasetyo, S.P., M.Si. (Bidang Ilmu Tanah) melaksanakana siaran program Faperta Berkarya dengan topik Pemanfaatan Biochar Dalam Pertanian, dari Limbah menjadi Berkah, Kamis (2/12/2021) dilaboratorium lapang terpadu (FP Unila).

Biochar adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik (biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas (pyrolysis).

Pembakaran tidak sempurna dapat dilakukan dengan alat pembakaran atau pirolisator dengan suhu 250-350 oC selama 1 – 3,5 jam, bergantung pada jenis biomas dan alat pembakaran yang digunakan.

Pembakaran juga dapat dilakukan tanpa pirolisator, tergantung kepada jenis bahan baku. Kedua jenis pembakaran tersebut menghasilkan biochar yang mengandung karbon untuk diaplikasikan sebagai pembenah tanah.

Biochar bukan pupuk, tetapi berfungsi sebagai pembenah tanah.

Sumber bahan baku biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian.

Potensi bahan baku biochar tergolong melimpah yaitu berupa limbah sisa pertanian yang sulit terdekomposisi atau dengan rasio C/N tinggi.

Di Indonesia, potensi penggunaan biocharsangat besar mengingat bahan bakunya seperti tempurung kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit, tongkol jagung, dan bahan lain yang sejenis, banyak tersedia.

Dari berbagai hasil penelitian diketahui bahwa:
1. Proporsi sekam padi adalah 16-28% dari jumlah gabah kering giling.
2. Proporsi tempurung dari buah kelapa sebesar 15-19%.
3. Proporsi tempurung kelapa sawit 6,4% dari produksi tandan buah segar (TBS).
4. Proporsi tongkol jagung 21% dari bobot tongkol kering.

Optimalisasi penggunaan lahan kering sebagai penyedia pangan perlu diawali dengan upaya perbaikan dan konservasi lahan agar kualitas tanah meningkat.

Komposisi tanah yang ideal mengandung 5% bahan organik. Namun nilai tersebut sangatlah jarang ditemukan di tanah-tanah pertanian di tempat kita, terlebih lagi lahan kering.

Kehilangan bahan organik sebagian besar karena proses dekomposisi dan degradasi lahan, sehingga perlu upaya untuk perbaikan.

Penambahan Biochar sebagai pembenah tanah sangat potensial untuk mendukung pertanian berkelanjutan atau meningkatkan kualitas/produtivitas suatu lahan.

Biochar memiliki karakteristik yang tahan terhadap dekomposisi tidak seperti pupuk kandang, kontoran ayam maupun kompos yang lainnya, sehingga ketersediaan di dalam tanah relatif lebih lama.

Manfaat biochar terhadap lahan pertanian kita antara lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan Biologi tanah.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu aktor dalam (internal faktor) dan faktor lingkungan (environmental factors).

Faktor dalam atau faktor genetik adalah faktor tanaman itu sendiri, yaitu sifat yang terdapat di dalam bahan tanam/benih yang digunakan dalam budidaya tanaman.

Sedangkan Faktor lingkungan adalah faktor yang ada di sekeliling tanaman.

Ada beberapa ilmuwan yang mengelompokkan faktor lingkungan ini menjadi dua kelompok, yaitu kelompok abiotik (iklim, tanah) dan kelompok biotik (makluk hidup) yaitu biotis (tanaman dan hewan) dan anthrofis (manusia).

Tanah merupakan faktor eksternal kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah yang sehat.

Biochar adalah pembenah tanah yang dapat memperbaiki Kesehatan Tanah secara permanen.

Biochar dapat meningkatkan serapan unsur hara, mengurangi pencucian hara, menambah daya tampung air, mengurangi cucian hara dan degradasi kesehatan tanah, meningkatkan KTK, meningkatkan biomassa dan kelimpahan mikro organisme, dan membantu menetralkan pH tanah.

Dari sudut pandang lingkungan, Biochar juga sangat penting bagi pengelolaan limbah pertanian. Banyak petani yang belum memanfaatkan limbah hasil pertanian dengan baik. 

Banyak sekali limbah hasil pertanian yang tidak termanfaatkan, bahkan hanya habis dibakar. Beberapa contoh limbah tersebut adalah tongkol jagung, kulit kakao, cangkang kelapa, cangkang sawit, sisa bambu, sisa kayu kayu dari somil dan mebel, bahkan kotoran ternak juga bisa dimanfaatkan untuk menjadi biochar.

Biochar juga bermanfaat untuk memitigasi perubahan iklim dan pemanasan global. Biochar yang dikembalikan ke tanah akan menurunkan jumlah gas rumah kaca di Udara. Biochar yang dimasukkan ke tanah tidak mengalami dekomposisi sehingga bisa bertahan di tanah dalam jangka waktu yang lama.

Biochar yang sangat kaya akan karbon akan mengurangi potensi lepasnya CO2 di udara secara signifikan. Mikroba yang berkembang dengan baik di biochar juga akan meningkatkan rasio karbon terhadap nitrogen, mengurangi kehilangan nitrogen dan emisi NO2 dengan mencegah/membatasi produksi anaerobik NO2 dan meningkatkan ketersediaan/ efisiensi nitrogen untuk pertumbuhan tanaman.

Selain itu, biochar juga membantu mengurangi masalah pembuangan sampah dan pengelolaan limbah yang dapat menghasilkan gas metana (CH4).

Biochar selain dapat  menjadi pembenah tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, juga berperan dalam mengendalikan hama dan penyakit.

Biochar dilaporkan berdampak pada menurunnya serangan hama penggerek pada padi dan tunggau tanaman pepper.

Biochar juga dilaporkan memiliki efek pengendalian terhadap berbagai penyakit tanaman, baik pathogen dalam tanah maupun pathogen yang ada di atas permukaan tanah.

Mekanisme pengendalian penyakit yang ditunjukan oleh biochar terhadap penyakit dapat terjadi antara lain melalui sifat toksik dari biochar, modifikasi mikroba dalam tanah, merubah pH tanah, mempengaruhi ketersediaan nutrient dan air, dan menginduksi ketahanan tanaman.

Sumber data, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2021.

MAJU CEMERLANG FAPERTA KITA.