(Unila): Para petinggi sejumlah instansi kehutanan sangat membuka lebar peluang mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung (Unila) untuk melakukan praktek umum, penelitian, dan sejenisnya di instansi yang mereka pimpin.
Mereka adalah Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Lampung, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung, Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dan perwakilan dari Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Provinsi Lampung.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Unila, Ir. Syahrio Tantalo YS, M.P. yang menginginkan adanya kerjasama dari pihak instansi kehutanan dengan Unila khususnya mahasiswa kehutanan Unila.
Hal tersebut terungkap dalam Diskusi Bersama Instansi Kehutanan yang mengusung tema “Mau Dibawa Kemana Hutan Lampung?” pada Rabu (9/5) pagi di Aula Fakultas Pertanian Unila. Ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan khususnya jurusan kehutanan hadir pada diskusi yang merupakan rangkaian dari Kegiatan Hari Bumi Himasylva yang dimulai sejak Minggu (22/4) hingga Rabu (9/5).
Agung Wahyudi selaku Ketua Umum Himasylva dalam sambutannya menuturkan, tujuan diadakannya diskusi ini demi memberi informasi kepada masyarakat khususnya mahasiswa tentang kondisi nyata kehutanan di Lampung. “Harapan kami setelah mengetahui fakta yang ada tentang hutan di Lampung maka kita semua dapat saling membantu untuk mengelola hutan yang ada di wilayah Lampung khususnya dan di Indonesia pada umumnya,” ungkap mahasiswa Kehutanan angkatan 2008 ini.
Saat ini sedang dikembangkan kerjasama pembibitan yang dilakukan oleh mahasiswa kehutanan Unila dengan instansi kehutanan.
Kepala Dishut Provinsi Lampung Ir. Warsito mengatakan, kondisi kehutanan di Lampung berangsur-angsur membaik walaupun masih dalam skala yang kecil. “Beberapa penyebab dari kerusakan hutan antara lain perambahan hutan, kebakaran hutan, masalah kelembagaan, dan juga konflik tata bata,” ungkapnya.
Pada bahasan berikutnya giliran Kepala BKSDA provinsi Lampung Ir. Supriyanto yang angkat bicara tentang beberapa tugas pokok dari BKSDA Lampung, diantaranya pengelolaan kawasan Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut (CAL) Kep. Krakatau, konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan, serta melakukan koordinasi teknis pengelolaan Tahura (Taman Hutan Raya) dan hutan lindung.
Selanjutnya Kepala Balai TNBBS, Ir. John Kenedie, M.M., memaparkan bahwa sejak tahun 1972-2009 telah terjadi deforestasi yang cukup besar mencapai puluhan ribu hektar. Disambung kemudian oleh Kepala TNWK Ir. Awen Supranata yang mengatakan bahwa setiap Taman Nasional mempunyai keunikan alami tersendiri selain mengelola kawasan hutan di wilayahnya.
Disebutkan bahwa pada TNWK terdapat beberapa satwa liar langka yang masih hidup di alam bebas diantaranya Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Tapir, dan Badak Sumatera. Salah satu yang cukup langka adalah Badak Sumatera yang diperkirakan jumlah populasinya saat ini di seluruh dunia tidak lebih dari 200 ekor.
Pada akhir diskusi, sejumlah petinggi instansi kehutanan ini mengungkapkan harapannya agar sesama rimbawan (sebutan untuk orang-orang kehutanan. Red) dapat selalu menjaga keharmonisan demi mewujudkan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat.
Sumber: www.unila.ac.id