Dr. Tamaluddin Syam(Unila): Momentum Dies Natalis ke- 38 Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) harus dijadikan evaluasi apa yang sudah di diperbuat sejauh ini. Hal itu terkait apa yang telah dicapai dan apa yang belum tercapai. Pencapaian itu tentu saja terkait dengan Rencana Strategis (Renstra) FP yang tentu pula memiliki jangka waktu. “Maka saat Dies Natalis inilah semuanya dievaluasi.”Demikian yang diungkapkan Pembantu Dekan (PD) III FP Unila, Tamaluddin Syam ketika ditemui disela-sela kegiatan Dies Natalis FP beberapa hari lalu. Kala itu ia ditemani PD II FP, Irwan Sukri Banuwa tengah memantau seluruh rangkaian kegiatan Dies Natalis FP di pelataran parkir Gedung A.
Kemudian ia meneruskan, bahwa diusianya yang telah dewasa ini FP harus mampu mendukung misi pemerintah dalam mengembangkan pendidikan berkarakter. “Momentum ini yang paling penting juga adalah mencanangkan program pendidikan berkarakter di FP, karena hal tersebut dapat lebih meningkatkan disiplin mahasiswa dalam segala hal, tahu akan hak dan kewajiban mahasiswa,” katanya.
Tentu saja karakter sebagai mahasiswa pertanian yang dimaksud Tamaluddin itu berbeda dengan karakter mahasiswa dari fakultas lain. “Berkarakter dalam bidang pertanian itu, ya, harus concern dalam bidang pertanian. Mahasiswa pertanian itu harus mau jadi ‘petani’ dan jangan takut jadi ‘petani’,” ungkapnya kemudian.
Ia melanjutkan, hendaknya mahasiswa pertanian jangan takut memakai baju petani dan turun langsung ke lapangan. Namun, Tamaluddin juga menjelaskan, bahwa mahasiswa pertanian harus mampu merubah persepsi orang sekarang ini tentang petani. “Petani selalu diidentikkan dengan baju lusuh, badan kotor, topi caping, dan segala hal kotor lainnya. Persepsi itu harus diubah. Mahasiswa FP Unila harus bisa mengubah penampilan petani seperti petani-petani di luar negeri yang kelihatan tidak selalu harus bermandi lumpur,” tukasnya.
Artinya, mahasiswa pertanian hendaknya mampu berinovasi mengubah teknologi pertanian di Indonesia. Hal itu agar petani Indonesia lebih mudah dalam mengolah tanah dan tentunya meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia. Terlebih, ujarnya, dunia pertanian itu adalah dunia yang selalu prospektif. “Lihat saja para petani-petani di daerah transmigran yang hidupnya sudah semakin sejahtera,” tutupnya. [Andry Kurniawan] Thursday, 08 December 2011 14:06
sumber:www.unila.ac.id