Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) melalui Dr. Ir. Ridwan, MS., Dr. Mareli Teulambuana, S.TP, M.Si., dan Ir. Oktafri, M.S., dalam program faperta berkarya mengangkat topik Urban dan Smart Farming, Kamis, 21 Desember 2023, di Radar Lampung Televisi.
Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik telah merilis Data Hasil Sensus Pertanian Tahun 2023, Tahap I pada Tanggal 4 Desember 2023. Data SP 2023 tersebut antara lain menggambarkan kondisi perkembangan jumlah usaha pertanian rumah tangga (UTP), demografi pengelola usaha pertanian, luas lahan yang dikuasai petani, jumlah petani gurem, dan yang menarik juga terdapat data jumlah petani Milenial, serta Urban Farming.
Kita ulas sedikit data SP 2023 tersebut jika dibandingkan dengan kondisi tahun
2013.
1. Jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di seluruh provinsi di Indonesia menunjukkan trend yang menurun sebesar 7,45%. Tahun ini tercatat hanya sebesar 29,24 juta usaha dari sebelumnya 31,71 juta unit usaha.
2. Ditinjau dari subsektor usaha pertanian yang diusahakan; 15,77 juta pada subsektor tanaman pangan; 9,62 juta subsektor tanaman hortikultura, dan sisanya pada subsektor perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian.
3. UTP paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sedangkan UTP paling sedikit terdapat di Provinsi DKI Jakarta. Pada kawasan perkotaan, UTP dilakukan pada lahan terbatas yang sebagian besar media tanam tidak dipermukaan tanah, kemudian menggunakan teknik pertanian yang lebih kekinian, seperti hidroponik, aquaponik, vertikultur, dan lain sebagainya.
4. Jumlah UTP urban farming terbanyak di Pulau Jawa dijumpai di Prov. Jawa Barat (3.231 unit), sedangkan di Pulau Sumatera terdapat di Prov. Sumatera Utara (494 unit), adapun di Lampung tercatat hanya sebanyak 363 unit urban farming.
5. Hal menarik lain dari SP 2023, adalah diketahuinya sebaran petani menurut kelompok umur, yang menunjukkan kecenderungan menurunnya jumlah petani yang berumur 25 – 54 tahun (penurunan berkisar 2 – 5%) namun untuk petani berumur lebih dari 55 tahun mengalami peningkatan sebesar 3,4 – 3,6% jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2013.

6. Ditinjau dari pengunaan alat mesin pertanian serta teknologi modern dalam kegiatan usaha pertaniannya, diketahui baru sebanyak 46,84% petani yang sudah menggunakan alat dan teknologi modern.
Di Lampung, jumlah petani yang sudah menggunakan alat dan teknologi modern dan berumur antara 19-39 tahun sebanyak 811.863 orang (60,57%), dan sisanya sebanyak 137.358 petani (39,43%) masih belum menggunakan alat dan teknologi modern.
Berdasarkan data hasil SP 2023 tersebut, kita dapat memperoleh gambaran bahwa kaum milenial di Lampung cenderung tidak tertarik untuk bekerja pada sektor pertanian, yang mungkin disebabkan karena belum dikuasainya teknologi modern dalam kegiatan pertanian (smart farming) dalam bidang pertanian.
Di lain sisi, potensi atau peluang untuk berusaha tani sekalipun tinggal di kawasan perkotaan sebenarnya cukup tinggi melalui usaha tani perkotaan atau yang dikenal dengan Urban Farming.
Data statistik tadi menunjukkan bahwa di Lampung, kegiatan Urban Farming juga sudah mulai berkembang meskipun masih sangat sedikit masyarakat yang melakukannya. Bisa diberikan penjelasan, apa itu Urban Farming dan bagaimana cara melakukannya?
Urban Farming atau Urban Agriculture adalah suatu kegiatan budidaya tanaman atau memelihara hewan ternak yang dilakukan di dalam dan di sekitar wilayah kota (besar atau kecil) untuk memperoleh bahan pangan atau kebutuhan lain dan tambahan finansial, termasuk di dalamnya kegiatan pemrosesan hasil panen, distribusi dan pemasaran produk dari hasil kegiatan tersebut.
Pertanian urban ini berkembang sebagai respon dari banyaknya masalah yang berkaitan dengan kehidupan di perkotaan, termasuk akibat semakin berkurangnya lahan pertanian karena pembangunan.
Hal ini memicu orang-orang dengan kemampuan dan pengetahuan dalam bidang pertanian memanfaatkan peluang dengan cara mengoptimalkan potensi sumber daya sekitar.
Dengan salah satu tujuannya adalah memperoleh tambahan finansial disamping memanfaatkan lahan yang terbatas atau terlantar secara maksimal dengan membudidayakan tanaman sayuran atau hortikultur.
Teknik Budidaya yang bisa dipakai misalnya hidroponik, tabulampot, vertikulture, dan budidaya on rooftop.
Hidroponik, Tabulampot, Verticultur, Budidaya on rooftop
Hidroponik: Hidroponik merupakan serapan bahasa Yunani dimana hydro berarti air dan ponos berarti hara. Dengan kata lain teknik hidroponik adalah sebuah teknik budidaya tanaman dengan air sebagai unsur hara utamanya.
NFT (Nutrient Film Technique) : Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa.
Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam.
DFT (Deep Film Technique) : Hidroponik DFT adalah metode hidroponik yang melakukan sirkulasi air nutrisi mengalir dan menyisakan air menggenang pada sistem.
Tingginya genangan cukup bervariasi, antara 2 hingga 5cm. Tergantung dari ukuran bahan / media yang digunakan. Dalam hal penggunaan pipa paralon PVC, biasanya pipa yang digunakan berukuran antara 2,5 inchi hingga 4 inchi.
Pada sistem DFT, air yang disirkulasikan dalam sistem talang air atau pipa PVCdialirkan menggunakan pompa air listrik. Dikarenakan sistem yang menyisakan air menggenang, maka pompa air tidak harus selalu dinyalakan.
Kita dapat menggunakan timer (pengatur waktu) untuk membuat pompa menyala pada waktu tertentu.
Wick: Metode sumbu dalam hal ini menggunakan sumbu sebagai media penyerap air nutrisi ke media pertumbuhan akar.
Vertikultur, suatu kegiatan budaya pertanian yang dilakukan bersusun secara vertikal atau bertingkat. Baik skala Outdoor mau pun Indoor.
Tabulampot, budidaya menanam tanaman buah atau hortikultur lainnya dalam media pot atau polibag.
Farming on rooftop, kegiatan budidaya pertanian dengan memanfaatkan lantai atas rumah atau bangunan. Menggunakan media tanam dalam pot atau polibag. Sistem irigasi bervariasi, bisa irigasi tetes, atau irigasi curah menggunakan micro sprinkler.
Irigasi tetes dan irigasi curah. Seperti apa teknologi irigasi tersebut ? dan apa kelebihan serta kekurangan dari kedua teknologi irigasi tersebut ?
Irigasi Tetes: Memberikan air kepada media pertanaman dengan cara meneteskan (tetesan). Air diberikan ke tanaman di sekitar perakaran dengan jumlah yang kecil/sedikit namun secara terus menerus hingga terpenuhinya seluruh kebutuhan air tanaman harian.
Irigasi Curah: Memberikan air ke pertanaman dengan cara seperti membuat hujan namun dengan intensitas yang ringan. Durasi atau lamanya penyiraman tergantung dari beberapa faktor seperti keadaan cuaca, angin, tipe atau jenis media tanam, dan jenis serta umur tanaman.
Kelebihan : Secara umum saja antara lain, mengurangi penggunaan tenaga kerja, karena sistem ini bisa dibuat secara otomatis. Cocok diterapkan untuk jenis tanaman sayuran mau pun buah-buahan.
Kekurangan : Harus sering melakukan pemeliharaan jaringan sistem, akibat penyumbatan lubang pancar. Biaya investasi awal yang juga cukup besar.
Bagaimana cara membuat sistem irigasi tetes atau irigasi curah ini, dan bagaimana atau dimana masyarakat bisa memperoleh bahan-bahan untuk membuatnya ?
Sistem irigasi tetes bisa dibuat oleh masyarakat dengan cara yang mudah saja. Sumber air bisa menggunakan Toren yang biasanya sudah terpasang pada setiap unit rumah. Tinggal membuat percabangan dari sistem air bersih rumah ke sistem irigasi tetes.
Dari titik percabangan tersebut ditarik pipa atau selang biasanya dengan ukuran 11 mm ke arah pertanaman dan kemudian dibuat bercabang sesuai dengan tata letak tanaman (menyesuaikan) dengan ukuran selang yang lebih kecil, biasanya 6 atau 7 mm.
Selanjutnya pada setiap pokok tanaman kemudian air diteteskan menggunakan alat penetes yang disebut dengan emiter. Ada beberapa tipe emiter yang bisa dipakai, biasanya perbedaan emiter tergantung dari berapa besar debit tetes yang diinginkan. Sedikit berbeda untuk sistem Irigasi curah.
Disini diperlukan satu unit pompa untuk meningkatkan tekanan air sehingga nantinya air yang keluar dari alat pancar bisa menyerupai butiran hujan.
Bahan-bahan untuk kegiatan urban farming termasuk untuk membuat kedua jenis sistem irigasi ini, seperti benih, media tanam, nutrisi atau larutan hara, selang atau pipa serta bahan- bahan lainnya saat ini sudah mudah didapatkan oleh masyarakat melalui olshop, dan dengan harga yang masih cukup terjangkau.
Apakah hubungan antara konsep Pertanian 4.0 dengan Smart Farming yang salah satunya berbasis teknologi informasi ?
Smart farming adalah bagian bagian dari industry 4.0. konsepnya sama, kita dapat mengkategorikan smart farming menjadi golongan 1.0, 2.0, 3.0 dan 4.0. namun konsep yang harus diketauhi adalah industry 4.0 mencakup seluruh kegiatan industry, namun
smart farming, hanya meliputi bagian pertanian agrokomplek saja. Industry 4,0 dan smart farming 4.0 Ditandai dengan : Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Human Machine Interface, Robotic and Sensor Technology, 3D Printing Technology Konsep pertanian 4.0 Kecepatan, presisi, dan kecerdasan, otomatisasi penuh.
Ada lima teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0 dan smart farming
4.0, yaitu:
- Internet of Things,
- Artificial Intelligence,
- Human-Machine Interface,
- teknologi robotic dan sensor,
- teknologi 3D Printing. Kesemuanya itu mentransformasi cara manusia berinteraksi pada
pertanian
Konsepnya dalan Industri 4.0 adalah Menuju Kesana. Bidang pertanian adalah bidang yang sedikit lebih terlambat dibanding pemasaran-perbangkan.
Melalui implementasi Industri 4.0 disektor pertanian, maka proses usaha tani menjadi semakin efisien, maka terjadi efisiensi, peningkatan produktivitas. Jika dulu tanam 1 hektare butuh Rp 2 juta, kini ditekan lewat mekanisasi pertanian jadi Rp1 juta. Jika diterapkan 20 juta lahan pertanian, sudah hemat 20 triliun.
Pertanian presisi, pertanian vertikal, pertanian pintar (smart farming). Data besar, sensor dan drone, alat analisis, “internet pertanian” dan otomatisasi alsintan adalah beberapa teknologi yang mendukung industri 4.0. Pemanfaatan Internet of Thing (IoT) dalam Internet Pertanian adalah untuk meng-connect benda benda sekitar kita dengan internet melalui smarphone maupun gadget lainnya.
Pemanfaatan irigasi, pengolahan lahan, penggunaan pupuk dan pestisida, pengembangan varietas tanaman baru, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran.
UPJA Smart Mobile dan SAPA MEKTAN. UPJA Smart Mobile adalah aplikasi android yang digunakan untuk melakukan usaha jasa pengolahan tanah, jasa irigasi, jasa penanaman padi, jasa panen padi, jasa penggilingan padi, jasa jual benih, jasa jual gabah, jasa pelatihan untuk operator alsintan, perawatan dan perbaikan alsintan, dan jasa penjualan suku cadang alsintan.
Smart irrigation, smart green house, telescoping boom sprayer, mobile dryer, rice Upland Seeder by Farm Dozer, jarwo riding transplanter, penanam benih padi, alsin penanam tebu dan pemasang drip line irigasi, Sehingga bagaimana indutri 4.0 di bidang pertanian yaitu penerapan seluruh bagian pertanian meliputi Kecepatan, presisi, dan kecerdasan, otomatisasi penuh pada proses pemanfaatan irigasi, pengolahan lahan, penggunaan pupuk dan pestisida, pengembangan varietas tanaman baru, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran.
Teknologi apa yang sedang dipersiapkan oleh kampus yang ada di Indonesia khususnya untuk mendukung smart farming
Namun utk persiapan teknologi 4.0, sudah banyak produk yang dapat diimplementasi di bidang pertanian yang telah berhasil.di rakit oleh bangsa Indonesia. Saat ini kementerian pertanian indonesia telah merancang.
- Drone penebar benih
- Traktor pemanen padi dan pembajak sawah
- Alat penanam padi berbasis otomatis
- Traktor pembajakan otomatis.
Sedangkan Universitas Lampung, telah merancang
- Traktor tangan untuk mengolah lahan sistem wireless
- Kendali budidaya tanaman hortikultura berbasis IOT
- Weeder penyiang padi
- Pendeteksi Tingkat Keaslian Kopi Luwak menggunakan mikrokontroler Berbasis
Jaringan Syaraf Tiruan - Pendeteksi Kelengasan Tanah menggunakan mikrokontroler Berbasis Jaringan Syaraf
Tiruan - Pendeteksi nilai pati otomatis,
- Dan lain-lain.
Namun memang implementasinya di Lampung ini sejauh yang saya tahu yaitu
- Hidroponik otomatis
- Budidaya kumbung jamur otomatis
- Penyerbukan dan pematangan tanaman perkebunan
- Penyemprotan pestisida
- Proses pengolahan kopi diperusahaan2 yang bergerak di bidang pertanian populer.
- Dan lain lain
Namun jika implementasi di dalam kampus, itu sangat dalam Ada gap antara implementasi antara hasil penelitian dengan penerapan oleh masyarakat khususnya di beberapa daerah di Indonesia diantaranya :
- Harga (belum banyak permintaan, sehingga biaya produksi lebih mahal).
- Kesulitas medapatakan Suku Cadang dan perbaikan.
- Sumber daya manusia (operator) yang belum siap.
- Kelimpahan tenaga kerja di lokasi (keetisan).
- Lahan yang terbatas dengan berbeda varietas budidaya.
Namun, jika teknologi yang akan diterapkan dapat menjawab point-point tersebut, maka Pertanian 4.0 ini justru meningkatkan Produksi, waktu yang lebih singkat, Meningkatkan Keselamatan kerja, dan tentu menambah keuntungan berkali-kali lipat.
Bagaimana meningkatkan semangat anak muda agar tertarik dibidang pertanian?
Saat ini daya tarik anak muda Generasi Milenial dna Gen Z sudah mulai meningkat terhadap pertanian. Khususnya pendekatan yang mereka lakukan cenderung melalui pendekatan teknologi. Yang sering mendjadi kendala saat ini yaitu tentang kepastian harga. Harga penjualan terkadang tidak menutupi biaya produksi. Sehingga solusinya adalah pemilihan komoditas bernilai jual lebih tinggi dengan segmen pasar menengah ke atas, pertanian bersih, penanganan pasca panen (pengemasan) yang rapih, dan yang pasti kontinuitas produk.
Melalui kegiatan Tri Darma Perguruan tinggi, sebagai dosen kami memasukkan materi teknik irigasi modern sebagai salah satu mata kuliah pilihan untuk mahasiswa; harus teru mencari atau mengembangkan teknologi irigasi yang efektif dan efisien melalui kegiatan-
kegiatan penelitian, serta melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat khususnya kaum muda tentang teknik budidaya berbasis teknologi modern melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Tantangan pembelajaran agar generasi muda mudah mempelajari dan mengembangkan smart Farming
Sebenarnya sudah banyak bahan ajar ataupun video pembelajaran serta pendamping pembelajaran berupa kursus saat ini. Tinggal penyesuaian dan implementasi saja. Yang sering menjadi kendala adalah, besarnya gap antara banyaknya produk yang diciptakan
dengan kesadaran akan pentingnya teknologi di level masyarakat.
Contohnya irigasi dilahan hortikultura. Peneliti sudah meyakini bahwa ini akan tepat menyiram pada pukul 17.00, namun, sehingga pemilik lahan/petani, dapat memanfaatkan kegiatan berkebun/berladang, dengan kegiatan produktif lainnya.
Namun yang banyak terjadi adalah, petani cenderung kurang merasa nyaman jika tidak melihat tanamannya sudah tersirami atau belum. Ini adalah dampak psikologis yang banyak petani alami, saat munculnya teknologi yang diterapkan dilahannya.
Sumber data, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2023.
Selengkapnya klik URBAN DAN SMART FARMING
Maju Cemerlang Faperta Kita.