Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) melalui Prof. Dr. Ir. Rosma Hasibuan, M.Sc. (Dosen Ilmu Hama Tumbuhan), Ir. Lestari Wibowo, M.P. (Dosen Ilmu Hama Tumbuhan), dan Ir. Joko Prasetyo, M.P. (Dosen Ilmu Penyakit Tumbuhan), dalam siaran Faperta Berkarya dengan topik Pemanfaatan Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama dan Penyakit yang Ramah Lingkungan, bertempat di radal lampung Televisi, Kamis (27/05/2021).
Tanpa disadari konsumen, produk pertanian yang ditawarkan pada masyarakat mengandung berbagai bahan berbahaya (misalnya residu pestisida sintetik) yang terikutkan dalam produk pertanian yang dapat mengancam kesehatan masyarakat apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.
Untuk itu, penting kesadaran stakeholder (pengambil kebijakan) mengantisipasi teknologi produksi dengan muatan lokal yang lebih akrab lingkungan dan menjamin kesehatan jangka panjang bagi masyarakat.
Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan serta dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan.
Salah satunya adalah teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan menggunakan Pestisida Nabati.
Secara umum pestisida nabati (PESNAB) dapat diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman.
Pestisida nabati digolongkan menjadi pestisida alami yang bahan bakunya mudah diperoleh di sekitar kita.
Secara global terdapat lebih dari 1500 jenis tumbuhan dan telah dilaporkan dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pestisida nabati.
Sedangkan di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili.
Tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida memiliki ciri beraroma kuat, rasa yang pahit, tidak disukai serangga hama, dan dapat digunakan sebagai tanaman obat.
Sejumlah tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati seperti daun pepaya, brotowali, bawang putih, mimba, kipait, saliara, suren, dan jarak pagar.
Manfaat dan Keunggulan Pestisida Nabati
Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida alami, antara lain:
- Bahan bakunya tersedia di alam sehingga harganya murah. Hal ini dapat mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga pestisida sintetis/kimiawi
- Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
- Pembuatan pestisida nabati menggunakan peralatan yang sederhana sehingga petani dapat membuatnya secara mandiri
- Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis sehingga resiko overdosis dapat dihindari
- Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
- Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga karena pestisida ini cepat terurai.
Sifat Dan Fungsi Pestisida Nabati
Pestisida nabati atau disingkat dengan mempunyai sifat dan fungsi sebagai berikut:
- Sebagai penghambat nafsu makan (anti feedant) bagi OPT
- Sebagai penolak (repellent)
- Sebagai penarik (atractant)
- Sebagai penghambat perkembangan
- Pengaruh langsung sebagai racun
- Mencegah OPT untuk meletakan telur.
PENGGUNAAN / APLIKASI PESTISIDA NABATI
Cara membuat pestisida nabati:
- Siapkan bahan yang terdiri dari 5 jenis tanaman pesnab @ 200 gr
- Potong-potong lalu haluskan
- Tambahkan 10 liter air, rendam selama 24 jam
- Keesokan harinya saring dengan kain kassa.
- Tambahkan bahan perata perekat.
- Pestisida nabati siap digunakan
Aplikasi :
- Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan
- Aplikasi dapat diulangi setiap minggu atau dua minggu sekali.
- Kombinasi bahan pesnab sebaiknya berganti-ganti/ bervariasi.
Untuk pengendalian wereng coklat, penyemprotan harus mengenai pangkal batang padi agar mengenai koloni wereng.
Untuk pengendalian walang sangit, penyemprotan perlu dilakukan saat walang sangit masih fase nimfa (pradewasa). Nimfa walang sangit belum aktif terbang dan kutikulanya masih tipis. Aplikasi dapat dilakukan seminggu sekali setelah membentuk malai.
Untuk mengendalikan kutu tanaman, cairan pestisida nabati perlu ditambahkan deterjen cair agar lilin yang ada pada tubuh kutu dapat terlarut.
PENGGUNAAN / APLIKASI UNTUK PENYAKIT TUMBUHAN
Pestisida nabati dapat digunakan untuk mengendalian berbagai jenis penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur dan bakteri, beberapa diantaranya adalah penyakit busuk buah kakao, penyakit bercak daun, dan penyakit bulai jagung. Penyemprotan dilakukan secara merata pada permukaan tanaman dengan dosis 250 mL dilarutkan ke dalam 1 tangki (10 L air).
Pengendalian penyakit tanaman yang ada di pangkal batang atau dalam tanah dilakukan dengan menyiramkan aau menyemprotkan larutan pestisida nabati pada bagian pangkal batang tanaman. Beberapa penyakit yang ada di dalam tanah yang bisa dikendalikan antara lain penyakit layu pada tanaman tomat, cabai, terong dan penyakit busuk pangkal batang lada.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pestisida nabati adalah
- Pestisida nabati mempunyai kemampuan yang lebih rendah daripada pestisida anorganik, sehingga hasilnya tidak bisa dilihat dengan cepat seperti aplikasi pestisida anorganik. Aplikasinya harus dilakukan secara berkala dengan intensitas yang lebih sering daripada pestisida anorganik (misal: seminggu 2 kali) untuk memberikan hasil yang omtimal.
- Bahan racun yang terkandung dalam pestisida nabati mudah rusak oleh faktor lingkungan, terutama suhu. Oleh karena itu, aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari.
- Dengan hanya menggunakan pestisida nabati tidak bisa menjamin permasalahan hama dan penyakit tumbuhan pasti dapat diatasi 100%, oleh karena itu penggunaan metode pengendalian yang lain seperti penggunaan varietas tahan, pemupukan berimbang, sanitasi, rotasi, penggunaan agensia hayati atau bahkan penggunaan pestisida anorganik (kalau memang sangat sangat diperlukan) perlu dilakukan.
- Pemantauan terhadap serangan hama dan penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan
- Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Sumber data: Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2021.
Maju Cemerlang Faperta Kita.



