Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung (AGT FP Unila) melalui Dr. Sri Ramadiana, Dr. Agustiansyah, dan Muhammad Nurdin, M.Si., melaksanakan siaran program Faperta Berkarya dengan topik Teknologi Perbanyakan Kentang di Lampung. Kamis, 30 Maret 2023, di Radar Lampung Televisi.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang memiliki peran penting dan prioritas untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan bahan pangan alternatif yang harus memenuhi kebutuhan masyarakat, walaupun produksinya berfluktuasi setiap tahun.
Sesuai dengan agroklimat yang diinginkan untuk dapat tumbuh, tanaman kentang akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 800- 1500 mdpl, rata suhu udara 15-200C, jenis tanah yang lempung berpasir dengan pH 5,5-6 serta kaya bahan organik.
Dengan agroklimat seperti tadi, sebenarnya tidak semua dataran tinggi dapat ditanam kentang. Kalau suhunya terlalu dingin, umbi yang terbentuk lama dan berkurang, kalau lahannya kurang dari 800 m dpl, umbi yang terbentuk akan kecil.
Di Lampung daerah yang cocok untuk tumbuh kentang adalah daerah di sekitar Lampung Barat yang memiliki ketinggian 800 m dpl ke atas, seperti Sumber Jaya, Way Tenong, sampai Liwa. Daerah lainnya , Gisting, Tanggamus.
Kalau di Lampung Barat, di lokasi yang pernah kami coba, produktivitas tanaman kentang dapat mencapai 1,5-1,8 kg/rumpun tanaman. Pernah dicoba pada lahan 800 m2 dapat dihasilkan 1,9 ton, kalau dikonversi dalam hektar dapat mencapai 20 ton/hektar.
Kendala utama dalam peningkatan produksi kentang: Salah satu kendala yang dihadapi petani yang ingin menanam kentang di lampung adalah ketersediaan benih yang berkualitas. Selama ini petani mendatangkan bibit dari luar lampung yang tidak diketahui mutunya.
Dalam budidaya kentang, benih yang digunakan harus berasal dari umbi yang memang disiapkan sebagai bahan perbanyakan, yaitu umbi generasi nol (G0) dengan bobot umbi 5-20 gram, generasi kesatu (G1) dengan ukuran 40-120 gram, dan generasi kedua (G2) dengan ukuran 40-120 gram, generasi selanjutnya sudah tidak dapat digunakan lagi sebagai bahan perbanyakan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut: Upaya mengatasi kendala pengadaan bibit unggul berkualitas dengan memanfaatkan teknologi perbanyakan tanaman secara in vitro atau melalui teknologi kultur jaringan tanaman kentang. Bibit kentang dihasilkan berupa tunas mikro dan umbi mikro yang disebut dengan bibit G0.
Laboratorium Kultur Jaringan FP Unila sudah mengembangkan perbanyakan bibit kentang varietas Atlantik berupa tunas mikro dan umbi mikro. Tunas mikro sudah berhasil diaklimatisasi dan tumbuh baik di lingkungan Sekincau Lampung Barat.
Keuntungan penggunaan teknik kultur jaringan: Penerapan teknologi kultur jaringan dapat memperbanyak tanaman kentang secara vegetatif dan cepat, tidak tergantung pada musim, tidak memerlukan tempat yang luas, dan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman yang sama dengan induknya (true-to-type) dalam jumlah yang besar dengan waktu yang relatif singkat.
Bagaimana gambaran jumlah tunas yang dihasilkan pada perbanyakan kovensional vs Perbanyakan kultur jaringan: Perbandingan jumlah tunas yang dihasilkan pada perbanyakan tanaman kentang secara konvensional yang diperbanyak secara vegetatif menggunakan umbi, perbanyakan dengan umbi mempunyai rasio antara 1:3 sampai 1:15, artinya satu umbi kentang dapat menghasilkan 3 sampai 15 umbi.
Sedangkan jumlah tunas yang dihasilkan pada perbanyakan stek 1 buku dengan teknik kultur jaringan selama 4 minggu mencapai 8 tunas, yang selanjutnya tiap tunas dapat di perbanyak kembali menjadi 8 tunas dalam waktu 4 minggu. Jadi 1 tunas tanaman dapat menghasilkan 8 x 8= 64 tunas dalam 2 bulan.
(Sumber data Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2023).
Maju Cemerlang Faperta Kita.