Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) jurusan Agribisnis melalui I.Rani Mellya Sari, S.P., M.Si., Dewi Mulia Sari, S.P., M.S.i., dan Dian Rahmalia, S.P., M.Si., melaksanakan program Faperta Berkarya di Radar Lampung Televisi dengan topik Transformasi Pemasaran Agribisnis : Tantangan dan Solusi, Kamis, (23/6/2022) dilaboratorium lapang terpadu.
Peradaban manusia mengalami perubahan sebagai akibat dari dunia yang terus mengalami perkembangan.
Pola hidup masyarakat saat ini telah memasuki tatanan baru yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
Menurut Aysa (2021), kemunculan teknologi digital dan internet inilah yang mengakibatkan perubahan terjadi pada berbagai lini, dimana ruang dan waktu semakin terkompresi.
Hal ini harus disikapi dengan melakukan akselerasi transformasi terkait teknologi digital. Termasuk yang terkait dengan kegiatan pemasaran.
Pemasaran merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menemukan kebutuhan manusia (Rahmawati, 2016).
Saat ini kita telah mengalami pergeseran yang besar terkait pemasaran mulai dari pemasaran era 1.0 yang berorientasi pada produk kepemasaran era 2.0 yang berorientasi pada pelanggan, dan akhirnya pemasaran era 3.0 yang berorientasi pada manusia.
Dalam era 3.0, pemasaran dilakukan dengan mengamati pelanggan yang bertransformasi menjadi manusia seutuhnya dengan pikiran, hati, dan jiwa.
Menurut Kotler (2020), pemasaran di era 4.0 selain tetap berorientasi pada manusia juga harus mampu memadukan antara pemasaran tradisional dan digital.
Lalu bagaimana dengan transformasi pemasaran pada bidang agribisnis? Dimana agribisnis
itu sendiri merupakan aktivitas ekonomi yang berbasis pada sektor pertanian yang terdiri dari
rangkaian kegiatan mulai dari hulu sampai ke hilir.
Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh apabila kita mampu memanfaatkan teknologi digital dengan baik pada bidang agribisnis.
Menurut Nurmalina (2012), dari sisi pelaku usaha transformasi pemasaran digital ini mampu menurunkan
biaya dan meningkatkan penerimaan.
Pada sisi konsumen, transformasi pemasaran digital menguntungkan karena memungkinkan konsumen secara leluasa melakukan perbandingan terhadap kualitas produk dan harga, selain itu konsumen juga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Pada lingkup yang lebih luas, transformasi pemasaran digital ini dapat memperluas akses pasar, menyederhanakan supply chain, dan juga dapat mengurangi kemacetan.
Keuntungan-keuntungan ini hanya menjadi sebuah konsep apabila berbagai pihak di dalamnya tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul.
Tantangan digitalisasi secara umum yaitu terkait dengan infrastruktur. Ditemukan masih ada wilayah di Provinsi Lampung yang aksesibilitas telekomunikasinya rendah.
Berdasarkan data dari Dinas PMDT, hingga saat ini terdapat 749 Desa dengan koneksi internet kurang baik (Dini, 2022). Padahal internet menjadi media yang populer dalam upaya transformasi pemasaran digital.
Kotler (2020) mengungkapkan hasil survey yang dilakukan oleh Google bahwa 90 persen interaksi kita dengan media kini difasilitasi oleh layar ponsel pintar, layar tablet, layar laptop, dan layar televisi yang tulang punggungnya adalah internet.
Namun tantangan ini sudah disikapi baik oleh pemerintah. Sikap baik ditunjukkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung dalam upaya akselerasi transformasi digital yaitu dengan meluncurkan program
prioritasnya yaitu Smart Village dan Kartu Petani Berjaya.
Hal ini kemudian didukung dengan informasi yang disampaikan oleh Usman Kansong yang merupakan Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo RI bahwa di Tahun 2022 ini akan membangun 129 Base Transceiver Station (BTS) sinyal 4G di Provinsi Lampung.
Dari sisi karakteristik, produk pada bisnis pertanian memiliki kekuatan untuk bertransformasi pada proses digital tetapi juga memiliki tantangan dari kelemahannya.
Kekuatannya adalah prospek usahanya yang cerah dan berkelanjutan karena sifat dari komoditas pertanian ini yang primer sehingga permintaan cenderung stabil bahkan meningkat.
Tantangannya adalah dari karakteristik produk pertanian yang perishable. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usahanya untuk mampu mendapatkan kepercayaan pasar terhadap usaha yang dijalankannya.
Dari sisi pelaku usaha bisnis pertanian, mayoritas petani di Provinsi Lampung tergolong dalam kelompok umur 35-54 tahun sebanyak 351.946 ribu petani (BPS Provinsi Lampung, 2018). Sebanyak 62 persen petani memiliki luas lahan kurang dari 2 hektar, dengan kondisi seperti ini kurang berpotensial untuk diusahakan terutama dari sisi teknis dan ekonomi.
Tantangan utama terkait transformasi pemasaran digital di pertanian adalah mayoritas petani di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung tidak mengenyam pendidikan tinggi yang berakibat penguasaan petani terhadap operasional dan pengembangan teknologi sangat rendah.
Menurut Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) Provinsi Lampung Tahun 2018, mayoritas petani pendidikan terakhirnya adalah SD sederajat dan tidak tamat SD. Sebanyak 104.441 ribu petani berpendidikan SD dan sekitar 86.388 ribu tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Selanjutnya petani yang mampu menyelesaikan pendidikan SLTA hanya 30.649 ribu saja.
Syarat utama transformasi digital adalah pemusatan internet di masyarakat dan bagaimana masyarakat memanfaatkan teknologi untuk kegiatan produktif.
Di sektor pertanian, penggunaan internet juga masih sangat rendah. Sehingga ini menjadi tantangan berbagai pihak untuk meningkatkan akses internet kepada petani sehingga mereka bisa terpapar pada teknologi dan mengakses internet.
Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 Provinsi Lampung, terlihat bahwa hanya 222.881 ribu petani saja yang menggunakan internet. Sedangkan sisanya sekitar 1.354.983 juta petani belum menggunakan internet.
Hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku terkait transformasi pemasaran digital pada bisnis pertanian adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Secara lebih rinci langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam transformasi pemasaran digital dalam dunia bisnis adalah: meningkatkan kesadaran akan pentingnya teknologi, memberikan insight mengapa harus bertransformasi digital, mensosialisasikan tentang teknologi yang akan digunakan, menyiapkan tim yang siap dengan digitalisasi, dilanjutkan dengan melakukan bimbingan dan pelatihan tentang proses digitalisasi, dan di tahap akhir mengevaluasi proses digitalisasi serta mengoptimalkan hasil evaluasi.
Tercapainya transformasi pemasaran digital pada bisnis pertanian membutuhkan sinergitas dari para pihak terkait mulai dari penyediaan infrastruktur yang dib
utuhkan, peningkatan kualitas sumber daya manusia pelakunya, dan dukungan dari lembaga penunjang seperti akademisi dan pihak swasta, serta kebijakan pemerintah.
Solusi lain yang juga cukup penting diperhatikan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam pemasaran agribisnis salah satunya dengan meningkatkan peran generasi milenial.
Sumber data, Fakultas Pertanian, 2022.
Maju Cemerlang Faperta Kita.